SANCAnews.id – Kasus pembunuhan Brigadir Yosua yang direncanakan oleh Irjen Ferdy Sambo menyita banyak perhatian. Ini juga bisa jadi momen bersih-bersih di tubuh Polri.
Mantan Panglima
TNI Gatot Nurmantyo punya pandangan sendiri soal kasus Ferdy Sambo dan
keberadaan Satgassus Merah Putih yang juga jadi sorotan dalam kasus ini.
Dia menilai,
kasus ini tak sebatas soal kasus pembunuhan.
"Saya
melihat ini ada pertempuran. Kenapa? Karena saya melihat ada yang ditembak,
bukan tertembak. Berarti pertempuran," kata Gatot dalam diskusi KAMI yang
disiarkan FFN TV, Kamis (15/9).
"Di intern
polisi antara polisi yang bajingan, pengkhianat, pembunuhan, mengkoordinir judi
dan tidak manusiawi, bahkan tidak masuk akal anak buahnya sendiri dibunuh
dengan penuh kesadaran," tambah dia.
Ketua Presidium
KAMI itu menilai, pertempurannya tentu dengan polisi yang profesional,
bermoral, dan penegak keadilan.
"Dua ini
yang sekarang sedang bertempur, dua kelompok ini yang sekarang sedang bertempur
di kepolisian," ujar dia.
Tersangka
pembunuhan berencana Brigadir Yosua, Irjen Ferdy Sambo, saat rekonstruksi ulang
di rumah dinasnya, di Kompleks Polri Duren Tiga, Jakarta Selatan, Selasa
(30/8/2022).
Melihat kondisi
ini, Gatot meminta semua pihak untuk mendukung upaya Polri dalam melakukan
pembersihan. Jangan lagi ada yang mengganggu profesionalitas Polri.
"Saya
imbau kita semuanya beri kesempatan kepada Kapolri untuk membersihkan semuanya,
jangan ganggu. Kalau kita enggak bisa membantu, doakan, agar polisi yang
profesional yang punya jati diri yang membela rakyat menciptakan keadilan dan
menjaga ketertiban masyarakat menang," tutur dia.
Gatot sempat
ditanya soal polemik senjata Brimob yang dinilai tidak sesuai peruntukan dan
akhirnya disita TNI.
Dia tak bisa
memastikan apakah senjata itu ditujukan untuk Satgassus, meski di tahun yang
sama tim itu terbentuk.
Saat itu TNI
menemukan 5.932 amunisi dan jenis senjata lain yang dibeli Polri dari luar
negeri. Amunisi tajam tersebut mempunyai radius mematikan 9 meter dan jarak
capai 400 meter.
Lalu, ada
granat yang bisa meledak sendiri tanpa benturan setelah 14-19 detik lepas dari
laras.
"Senjata
ini dipakai Satgas Merah Putih atau bukan ya tanya aja. Yang jelas senjatanya
itu memang tidak hasil koordinasi, tidak diambil, diberikan kepada polisi,
tetapi amunisinya gas air mata saja," kata eks KSAD itu.
"Amunisi
yang bisa mematikan itu tidak diberikan tetapi disimpan di gudang Mabes TNI.
Selama saya menjabat, selama saya menjabat saya pastikan tidak keluar dari
gudang itu. Kalau setelah saya menjabat ya Wallahua'lam," tutur dia.
(democrazy)