SANCAnews.id – Pimpinan Pondok Modern Pesantren Darussalam Gontor,
KH M Akrim Mariyat tak mau berkomentar banyak saat ditanya soal kematian santri
berinisial AM (17). AM meninggal setelah diduga menjadi korban penganiayaan
oleh seniornya.
KH M Akrim juga enggan komentar
banyak saat disinggung soal lambatnya respons pihak pondok pesantren hingga
adanya surat keterangan kematian palsu.
"Permasalahan ini bukan
urusan saya. Ada pembicara khusus. Kita ada namanya tim jubir sendiri,"
kata M Akrim usai ziarah ke makam AM di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Sungai
Selayur, Kecamatan Kalidoni, Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (9/9).
Disinggung soal dugaan kelalaian
dari pondok pesantren, M Akrim pun tak mau berkomentar lebih lanjut. Ia hanya
berjalan keluar menuju TPU untuk ke bersilaturahmi ke rumah korban.
"Sudah mas ya, sudah,"
kata seorang yang berada disamping M Akrim sebagaiman diberitakan Kantor Berita
RMOLSumut.
KH M Akrim Mariyat datang ziarah
ke makam santrinya tersebut dengan didampingi Rusdi (47), ayah kandung dari AM.
KH Akrim bersama anggotanya pun berdoa di atas makam AM dan dilanjutkan takziah
di rumah duka.
Menurut M Akrim, mereka datang ke
Palembang dalam rangka takziah dan sengaja untuk menemui keluarga AM. Sebab, AM
merupakan alumni di pondok pesantren gontor .
“Korban adalah alumni kita, murid
kita dan wafat di Ponpes Gontor," kata Akrim usai ziarah.
Ia pun meyakini bahwa, AM
meninggal dalam keadaan mati syahid karena masih aktif menimba ilmu di pondok
pesantren Gontor.
"Kita yakin anak yang
belajar dan meninggal sama dengan mati syahid. Karena dia adalah
fisabililah," ujarnya. (rmol)