SANCAnews.id – Massa dari Gerakan Nasional Pembela Rakyat (GNPR)
yang menggelar aksi unjuk rasa di kawasan Patung Kuda Arjuna Wiwaha, Jakarta
Pusat, Senin (12/9) tidak hanya menyuarakan soal kenaikan harga Bahan Bakar
Minyak (BBM).
Massa GNPR juga menyinggung kasus
tewasnya enam Laskar FPI di KM 50 Tol Jakarta-Cikampek.
"Ternyata kemarin dibuktikan
oleh Allah apa yang terjadi selama ini, yang mereka katakan adalah
tembak-menembak (antara laskar FPI dan polisi), sekarang dibuktikan oleh
Allah," teriak salah seorang orator dari atas mobil komando.
Massa menyesalkan kasus KM 50
yang menewaskan orang laskar FPI ketika menjaga ulama. Sebab hingga kini,
pendemo yang berasal dari Persaudaraan Alumni 212, Front Persaudaraan Islam
(FPI), dan Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama (GNPF-Ulama) merasa belum ada
keadilan yang lahir dari proses hukum kasus KM 50.
Teka-teki kasus KM 50 pun dinilai
makin terang saat munculnya kasus pembunuhan Brigadir J dan menyeret mantan
Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo. Dalam kasus Duren Tiga ini, awalnya Ferdy Sambo
memframing sebagai peristiwa tembak-menembak.
Namun setelah penyelidikan lebih
mendalam, kasus tersebut murni sebagai peristiwa pembunuhan yang didalangi
langsung oleh Ferdy Sambo.
Ferdy Sambo diketahui ikut
menangani kasus KM 50. Skema pembunuhan Brigadir J yang awalnya diframing
sebagai peristiwa tembak-menembak juga dinilai mirip dengan peristiwa KM 50.
"Tidak ada keadilan, anak
yang sudah mati katanya ditembak, katanya tembak-menembak. Sudah dibongkar oleh
Allah, dengan peristiwa Sambo terbongkar, anak-anak kita (laskar FPI) bukan
tembak-menembak, tapi ditembak bahkan dihancurkan," tandasnya. (rmol)