SANCAnews.id – Kenaikan
harga bahan bakar minyak (BBM) yang ditetapkan oleh pemerintah menjadi salah
satu indikasi bahwa negara sudah tidak mau lagi membantu rakyat.
Hal ini didasarkan fakta bahwa
kenaikan harga tersebut terjadi karena pemerintah mencabut subsidi yang tak
lain adalah bantuan kepada masyarakat dalam memenuhi kebutuhan energi.
Demikian disampaikan Dosen FIS
UIN Sumatera Utara, Dr Faisal Riza, dalam diskusi publik "Kenaikan Harga
BBM, Kupas Tuntas Dampak Ekonomi Sosial" yang digelar oleh Kelompok Studi
Mahasiswa Mahardika, di Aula FISIP Universitas Sumatera Utara, Selasa (13/9).
Sosok yang kini menjabat Direktur
Lembaga Riset dan Konsultasi, Political Literacy Desk (Polldesk) ini menegaskan
kondisi tersebut juga menunjukkan bahwa Indonesia adalah pasar yang empuk bagi
perdagangan global.
"Indonesia, kalau masih mau
disebut sebagai negara, sudah seperti pasar tradisional seperti Pasar Sukaramai
itu. Siapa yang kuat dan tahan banting, dia yang mampu mengendalikan,"
tuturnya, seperti diwartakan Kantor Berita RMOLSumut, Rabu (14/9).
Sementara itu Sekretaris KNPI,
Muhammad Asril, menyindir Pertamina sebagai perusahaan yang memonopoli BBM di
Indonesia.
"Merem saja Pertamina ini
sudah bisa untung. Makanya komisaris dan direksinya tiap bulan dapat kompensasi
dua sampai tiga miliar per bulan. Itu Ahok yang sekarang komisaris Pertamina
kok diem-diem saja sekarang," sindir Asril.
Kompensasi yang didapat pejabat
Pertamina itu berbanding 360 derajat dengan kondisi rakyat kecil yang terdampak
kenaikan harga BBM.
"Coba sehari kita keliling
Medan ini saja dulu nengok perjuangan rakyat kecil berdagang
kecil-kecilan," ujar Asril.
Narasumber lain, Dosen Ilmu
Politik FISIP USU, Fuad Ginting, menilai kenaikan harga BBM bukan solusi tepat
untuk kondisi negara saat ini. Ia mensinyalir kenaikan harga ini juga bisa jadi
karena adanya lobo-lobi kapital otomotif.
"Baru mau pulih dari pandemi
kok malah kebijakannya seperti ini. Jangan-jangan malah negara sedang berbisnis
dengan rakyatnya. Jangan jangan ada lobi-lobi kapital otomotif ke negara
kita," kata Fuad.
Di bagian lain, Ketua Kelompok
Studi Mahasiswa (KSM) Mahardika, Yoelando Silalahi mengajak mahasiswa terus
melek terhadap perkembangan tanahair.
"Mari terus hidupkan rasa
kepedulian. Peduli terhadap sesama dan bangsa ini. Perubahan ada di tangan
pemuda dan mahasiswa. Jangan hanya kuliah dan pulang," kata Yoelando. (*)