SANCAnews.id – Presiden Joko Widodo (Jokowi) kerap melayangkan kata
'demokrasi' kepada awak media sebagai sinyal kepada masyarakat bebas berpendapat.
Hal ini turut disoroti akademisi
Cross Culture, Ali Syarief dalam cuitan akun Twitter pribadinya hingga menandai
akun sang Presiden.
"Atas nama demokrasi,
"dipersilahkan untuk menyampaikan pendapat sebebas-bebasnya, asal
santun", kira2 itu kata @jokowi," tulis Ali Syarief, Minggu (25/9).
Sebaliknya, menurut Ali Syarief,
pemerintah terkesan bungkam dan tidak mau mendengar aspirasi rakyat. Teriakkan
itu seolah-olah hanya angin lalu.
"Seperti demo yg
berjilid-jilid-sedang massive dimana-mana, adalah penghianatan terhadap
demokrasi," pungkasnya.
Seperti diketahui, mahasiswa
konsisten menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi sejak
berlaku pada 3 September lalu.
Kendati demikian, belum ada
respon dari pemerintah sejauh ini. Massa aksi yang sampai di DPRD hanya
menerima janji manis.
"Aspirasinya kami terima,
nanti kami teruskan ke pusat dan segera melakukan Rapat Dengar Pendapat,"
begitu kira-kira jawaban serentak dari anggota Dewan yang silih berganti
menemui massa aksi.
Tanggapan pemerintah terhadap
jeritan mahasiswa dan ormas, seakan-akan tidak takut tragedi 98 terjadi
kembali. (populis)