SANCAnews.id – Logam yang diduga puing roket
China ditemukan jatuh di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Kekhawatiran
ilmuwan AS terbukti.
Dua potongan besi besar yang diduga kuat serpihan roket milik
China dilaporkan jatuh di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat (Kalbar). Tim
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pun akan melakukan identifikasi
terhadap benda tersebut.
"Iya sudah kita amankan di Polsek Sekayam, dan
rencananya besok tim dari BRIN akan datang melakukan identifikasi terhadap
serpihan ini," ujar Wakapolres Sanggau Kompol Novrial Alberti Kombo,
dikutip dari Detikcom, Rabu (3/8/2022).
Novrial mengaku belum berani memastikan apakah kedua serpihan
besi itu merupakan roket milik China yang jatuh ke bumi pada Sabtu (30/1) lalu.
"Kami belum berani berspekulasi mengenai benda ini
sebelum ada pemeriksaan mendalam oleh pihak yang berkompeten," kata
Novrial.
Novrial mengatakan tim Jibom dan KBR Detasemen Gegana
Satbrimob Polda Kalbar juga telah memeriksa serpihan itu menggunakan alat
sertech dan Riideye. Pemeriksaan ini untuk memastikan logam itu tidak
mengandung unsur peledak maupun paparan radiasi.
Temuan ini membuktikan kekhawatiran para ilmuwan Amerika
bahwa serpihan roket Long March 5B milik China jatuh tak terkendali dan bisa
membahayakan masyarakat awam.
Core stage roket berbobot 22 ton itu jatuh so terkendali ke
Bumi pada akhir pekan lalu. Sebagian besar roket itu terbakar di atmosfer, tapi
sekitar 20-40% serpihan akan jatuh ke Bumi.
Beberapa bagian roket yang ditemukan berukuran cukup besar
sehingga berpotensi menimbulkan kerusakan parah jika jatuh di area pemukiman.
Untungnya rongsokan itu jatuh di wilayah terbuka.
"Tidak ada korban atau kerusakan properti yang
dilaporkan, tetapi puing-puing berada di dekat desa dan jika meleset beberapa
ratus meter saja bisa menjadi cerita yang berbeda," kata ahli astrofisika
dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics Jonathan McDowell.
Biasanya, para ilmuwan di Amerika mengatur supaya roket jatuh
di lautan. Itu sebabnya China mendapat kritik perkara puing roket Long March 5B
ini.
"Semua negara yang melakukan perjalanan ke luar angkasa
harus mengikuti standar yang sudah ada, dan melakukan tugasnya untuk memberi
informasi semacam ini agar bisa menghadirkan prediksi yang akurat terkait
risiko kejatuhan serpihan, terutama untuk kendaraan besar seperti Long March
5B, dengan risiko besar kehilangan nyawa dan kerusakan bangunan," kata
ADMINISTRATOR NASA Bill Nelson. (lawjustice)