SANCAnews.id – Komisi III DPR RI menggelar rapat dengar pendapat
(RDP) dengan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo beserta jajarannya hari ini,
Rabu (24/8). Rapat tersebut membahas hal-hal yang berkaitan dengan kasus
pembunuhan terhadap Brigadir Yosua di rumah dinas eks Kadiv Propam Polri Irjen
Ferdy Sambo.
Anggota Komisi III DPR RI Fraksi
PKS, Habib Aboe Bakar, teringat dengan peristiwa KM 50 yang menewaskan 6 laskar
FPI yang mengawal Habib Rizieq Syihab.
Ia mempertanyakan apakah ada
kesamaan antara kasus tersebut dengan kasus kematian Brigadir Yosua.
"Peristiwa [ini] Presiden
beri semangat begini kita teringat, kenapa [Brigadir] J saja? KM 50 ke mana?
Jangan-jangan sama lagi," tuturnya.
"Ulama-ulama di dapil saya
banyak ulama besar nanya itu. Saya jawab itu Polri. Jadi kalau presiden ada
kesempatan tolong buka KM 50 bolehlah," tambah dia.
Meski demikian, Aboe memaklumi
permasalahan yang dialami Polri dalam menyelesaikan kasus Brigadir Yosua. Sebab
ia menilai, Polri begitu dekat dengan tersangka.
"Saya sadar kalo bapak-bapak
[Polri] lambat ambil keputusan karena terlalu dekat dengan inti pemainnya. Saya
ikuti dan paham situasi," lanjutnya.
Aboe juga mengatakan, presiden
jarang memberikan atensi penuh dalam sebuah kasus, namun dalam kasus Ferdy
Sambo tersebut bahkan menyebutkan sampai empat kali.
Maka, Aboe meminta kepada
presiden untuk juga membuka kasus KM 50.
"Saya rasakan tuh. Kapolri punya
chemistry dengan presiden. Ini jarang-jarang, bisa jadi saat itu Kapolri
bingung harus apa, tapi ketika presiden back up penuh 4 kali, malam itu
langsung 'takk'," ujarnya.
Hari ini, Rabu (24/8) Komisi III
mengadakan RDP dengan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo untuk membahas
hal-hal yang berkaitan dengan peristiwa kematian Brigadir Yosua.
Sebelumnya, Komisi III DPR RI
telah mengadakan RDP bersama Komnas HAM, LPSK dan Kompolnas pada Senin (22/8),
dalam rapat tersebut banyak hal yang digali oleh Komisi III. (kumparan)