SANCAnews.id – Pembengkakan biaya atau cost overrun proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) yang akan ditomboki pemerintah Indonesia atas permintaan China karena faktor balas budi.
Begitu pandangan peneliti Institute for Development of
Economics and Finance (Indef), Nailul Huda, saat dihubungi Kantor Berita Politik
RMOL, Sabtu (30/7).
Huda menjelaskan, faktor balas budi yang dimaksud sebagai
akibat dari pembebanan cost overrun proyes KCJB yang diminta China kepada
pemerintah Indonesia adalah terkait impor minyak mentah kelapa sawit atau crude
palm oil (CPO).
"Hal ini ada hubungannya dengan permintaan Pemerintah
Indonesia yang meminta China menambah impor CPO dari kita," ujar Huda.
Permintaan impor CPO Indonesia bisa ditingkatkan China telah
disampaikan oleh Menteri Kooridnator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut
Binsar Pandjaitan.
Luhut bahkan sudah mengumumkan bahwa China telah berkomitmen
menambah pembelian atau impor CPO dari Indonesia sebesar 1 juta ton.
Maka dari itu, Huda memandang pembebanan biaya cost overrun
proyek KCJB kepada pemerintah Indonesia sangat erat kaitannya dengan permintaan
impor CPO tersebut.
"Makanya China meminta Indonesia nombok biaya yang
bengkak dari KCJB," demikian Huda menambahkan.
Cost overrun proyek KCJB diperkirakan mencapai 1,9 miliar
dolar Amerika Serikat atau sekitar 30 persen dari total anggaran semula yang
sebesar 5,5 miliar dolar Amerika Serikat. (*)