SANCAnews.id – Polda Maluku Utara (Malut)
mengamankan 22 mahasiswa yang menggelar unjuk rasa di depan Kantor Wali Kota
Ternate.
Massa mahasiswa itu menuntut penolakan terhadap kenaikan
harga bahan bakar minyak (BBM) dan jabatan presiden tiga periode.
"Ada 22 mahasiswa yang diamankan, mengingat imbauan
untuk membubarkan diri karena sudah pukul 18.00 WIT tidak digubris," kata
Kapolres Ternate AKBP Andik Purnomo Sigit, di Ternate, dikutip dari Antara,
Senin 18 April.
Menurut dia, polisi terpaksa melakukan pembubaran terhadap
mahasiswa dan mengamankan puluhan mahasiswa, karena masih bertahan dan
melakukan perlawanan terhadap petugas di lapangan.
Kapolres meminta agar mahasiswa saat turun ke jalan harus
pelajari aturan dan aparat kepolisian melakukan pengawalan.
Aksi yang berlangsung ricuh, dengan ratusan mahasiswa dan
aktivis di Kota Ternate menolak kenaikan harga BBM itu, berlangsung di Kantor
Wali Kota Ternate dan Kampus I Unkhair Ternate.
Aksi tersebut berlangsung di depan Kampus I Universitas
Khairun Ternate. Massa juga memblokade akses jalan utama menuju Bandar Udara
Sultan Baabullah.
Peserta aksi demo mulai memadati depan kampus sejak pukul
13.00 WIT, kemudian membakar ban bekas, membuat arus kiri jalur tersebut
tertutup total sebagai bentuk protes terhadap Pemerintah yang menaikkan harga
BBM dan rencana perpanjangan jabatan presiden tiga periode.
Koordinator massa aksi M Rivai dalam orasi mengatakan aksi
ini menolak kenaikan harga BBM dan sembako yang menjadi tuntutan massa, dan
menuntut kepala daerah provinsi dan kota didatangkan untuk melakukan pertemuan.
Dalam aksi itu, aparat kepolisian yang diterjunkan
mengamankan massa sebanyak 550 personel di sejumlah titik objek vital di Kota
Ternate.
Selain penempatan personel pengamanan, Polres Ternate juga
memasang kawat berduri di pintu masuk kantor untuk mengantisipasi potensi terjadi
konflik antara petugas dan peserta aksi. (voi)