SANCAnews.id – Gelombang protes terhadap
pemerintahan Presiden Joko Widodo selama beberapa bulan belakangan ini tak
hanya berasal dari masyarakat umum dan kalangan oposisi, melainkan juga barisan
aktivis 98 yang sempat mendukung Jokowi.
Hal itu ditemukan aktivis Syahganda Nainggolan saat bertemu
dengan sejumlah aktivis 98 dalam acara buka bersama beberapa waktu lalu.
"Ternyata mereka yang dulu pro Jokowi lebih keras
membenci Jokowi daripada saya sekarang, bahkan terang-terangan meminta turunkan
Jokowi," ujar Syahganda dalam diskusi Perhimpunan Menemukan Kembali
Indonesia (PMKI) di Jalan Dharmawangsa Raya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan,
Rabu (27/4).
Syahganda menerangkan, situasi global yang berkecamuk juga
berpotensi memperparah situasi dan kondisi politik nasional. Karena hingga saat
ini pemerintah tak kunjung menentukan sikapnya menolak perang Rusia dan
Ukraina.
"Kita enggak tahu apakah situasi ini menghantarkan
perubahan besar-besaran dalam waktu pendek. Dan kalau Amerika menarik grand-nya
60 miliar dolar AS yang jadi cadangan uangnya di BI, kalau Amerika tersinggung
dalam situasi begini masih menunjukkan netralitas di posisi
internasional," tuturnya.
Lebih dari itu, Syahganda juga telah mendengar penilaian
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD terhadap
kepemimpinan di masa pemerintahan saat ini.
Di mana, Mahfud menyebut situasi di dalam negeri sudah kacau
balau, karena tidak ada ketegasan dari pemimpin yakni Jokowi.
"Jadi Mahfud MD mengatakan pemimpin Indonesia sekarang
adalah pemimpin yang lemah sampai 2024. Sehingga dibutuhkan pemimpin yang kuat.
Kalau kata Mahfud MD di Amerika Latin posisi sekarang sudah ada kudeta,"
demikian Syahganda. (rmol)