SANCAnews.id – Imam Besar Habib Rizieq Shihab (IB
HRS) merupakan tokoh agama yang sangat mendukung demokrasi Indonesia.
Bela Jumhur, Syahganda Nainggolan: Seharusnya MA Tahu yang
Dikritik Itu Terbukti Inkonstitusional
Begitu kesan yang disampaikan oleh aktivis Koalisi Aksi
Menyelamatkan Indonesia (KAMI), Syahganda Nainggolan saat berbincang dengan
Refly Harun di akun YouTube Refly Harun, Selasa (22/2).
Dalam perbincangan ini, Syahganda bercerita pengalamannya
saat mau keluar dari penjara. Di mana, Syahganda mengaku bertemu dengan Habib
Rizieq.
Sebelumnya, Syahganda mengaku diberikan tiga buku oleh Habib
Rizieq. Salah satunya, buku hasil pengajian bulanan Markaz Syariah yang
merupakan karya Habib Rizieq.
"Dia minta saya untuk mempelajari Islam, saya ini
sekuler lah dalam pengertian sekolahnya, akademisnya. Makanya alhamdulillah di
dalam penjara saya punya kesempatan sekarang belajar tentang Islam," ujar
Syahganda.
Pada saat mau keluar dari penjara itu, Syahganda menyempatkan
bertanya kepada Habib Rizieq terkait dengan pendapat Habib Rizieq soal
demokrasi.
"Nah saya tanya sama Habib Rizieq, 'bib, bagaimana
pandangan antum soal demokrasi?', ‘Oh gak ada masalah, fine’ dia bilang,
'demokrasi oke'. Nah berarti antum tidak sama dengan Sayyid Qutb dong saya
bilang, karena Sayyid Qutb totally menolak demokrasi, ‘ana beda’ dia
bilang," cerita Syahganda.
Sayyid Qutb yang dimaksud Syahganda adalah, pemikir dari
Mesir yang dianggap Syahganda sebagai tokoh yang berpegangan kuat Islam Tuhan
dan thogut.
"Nah kalau Habib Rizieq enggak, Habib Rizieq tuh
berdamai dengan demokrasi," kata Syahganda.
Syahganda turut memberikan contoh atas penilaiannya terhadap
Habib Rizieq. Misalkan, konsep Habib Rizieq tentang negara syariah.
"Itu bukan maksudnya itu adalah melakukan ekspansi
eksternal, tapi melakukan islamisasi internal terhadap umat Islam. Sehingga
negara syariah itu di kepala Habib Rizieq adalah untuk tempat-tempat daerah
mayoritas non muslim, itu silakan menggunakan dominan agamanya," jelas
Syahganda.
Misalnya di daerah Bali yang merupakan mayoritas beragama
Hindu. Habib Rizieq, kata Syahganda, mempersilakan umat Hindu menerapkan
syariat Hindu.
"Sebaliknya di tempat yang Islam wajar orang Islam itu
menjalankan syariat Islam," terang Syahganda.
Selain itu, Habib Rizieq dianggap menerima beberapa prinsip
demokrasi, asal tidak demokrasi yang terlalu liberal.
"Misalkan pelacur bisa ngomong politik seenaknya,
menurut kita kan kalau pelacur jangan ngomong politik, kamu aja sebenernya
sudah manusia pendusta pendosa, pencuri, koruptor. Sekarang kan ini semua
equal. Nah ini sebenarnya Habib Rizieq menolak dan saya setuju, maksudnya
demokrasi yang diminta Habib Rizieq adalah demokrasi yang bermoral,"
terang Syahganda.
Dari perbincangan itu, Syahganda melihat bahwa hampir semua
mayoritas segmen-segmen asli bangsa seperti Habib Rizieq, merupakan orang-orang
yang siap duduk bersama dalam kerangka demokrasi.
"Nah ini menurut saya tidak boleh lagi ke depan ada UU
yang membuat demokrasi itu terhinakan," pungkas Syahganda. (rmol)