SANCAnews.id – Pernyataan Menko Polhukam Mahfud MD yang menyebut telah mengumpulkan sejumlah saksi sejarah terkait dengan hilangnya nama Presiden ke-2 Soeharto dari serangan umum 1 Maret dibantah anak Letkol (purn) Wiliater Hutagalung, Batara Hutagalung.

 

Dalam sebuah wawancara di salah satu televisi swasta, Mahfud menyamapaikan bahwa ia mengumpulkan sejumlah saksi sejarah dalam beberapa kali seminar yang diselenggarakan oleh pemerintah.

 

“Saya tidak pernah dipanggil oleh tim/panitia seminar dalam tiga seminar tersebut,” kata Batara Hutagalung dalam keterangan tertulis, Jumat (4/3).

 

Batara kemudian menjelaskan, pada acara 27 Januari 2022 ia bertemu dengan Menko Polhukam Mahfud MD. Saat itu, kata Batara, Mahfud MD meminta tulisan mengenai Serangan Umum 1 Maret 1949.

 

“Kebetulan waktu itu saya membawa buku autobiografi ayah saya, Letkol TNI (purn.) dr. Wiliater Hutagalung yang saya berikan kepada beliau,” beber Batara Hutagalung.

 

Batara menjelaskan bahwa buku autobiografi itu ditulis cukup rinci, dari mulai perintah Panglima Besar Jenderal Sudirman kepada Letkol dr. Wiliater Hutagalung, kemudian rapat di markas Divisi III tanggal 18 februari 1949, dan siapa-siapa yang hadir. Hingga siapa tokoh lain yang dihubungi oleh a.l. Wakil Kepala Staf Angkatan Perang, Kol. TB Simatupang.

 

Batara mengatakan, naskah buku autobiografi ini ditulis tahun 1986. Naskah ini yang menjadi dasar pengusulan Tanda Kehormatan Bintang Gerilya tahun 1994.

 

“Yang mengurus tanda Kehormatan Bintang Gerilya untuk Letkol TNI (Purn.) dr. Wiliater Hutagalung adalah Mayjen TNI Pranowo, waktu itu adalah Sekretaris Militer Presiden Suharto, atas perintah langsung dari Presiden Suharto,” ungkapnya. (rmol)


Label:

SN

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.