SANCAnews.id –
Usai RDP di ruang rapat Komisi V DPR RI, Kompleks Parlemen
Senayan, Jakarta, Dwikorita sempat ditanya oleh awak media soal aksi pawang
hujan Rara Istiani tersebut.
Sambil berjalan keluar lorong Gedung Kura-kura DPR RI,
Dwikorita enggan merespons pertanyaan awak media.
Ia meminta awak media bertanya langsung kepada Deputi Bidang
Meteorologi BMKG Guswanto yang berdiri di dekat pintu keluar Gedung tersebut.
"Tanya sama Bapak itu ya soal pawang hujan," ucap
Dwikorita sambil menunjuk.
Ia beralasan, tak bisa menjawab pertanyaan itu lantaran harus
bergegas pergi karena ada acara yang harus dihadirinya.
"Maaf, Ibu harus pergi. Ada acara," ucap salah satu
staf Dwikorita.
Sementara itu, Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto pun
menjelaskan soal fenomena pawang hujan yang ramai dibicarakan saat gelaran
balap MotoGP Mandalika.
Menurutnya, pawang hujan itu merupakan bagian dari kearifan
lokal yang ada di masyatakat. Sehingga, secara saintis itu sulit untuk
dijelaskan.
"Namun untuk BMKG sendiri sebenarnya memiliki
(perkiraan) sendiri. Kalau kita liat fenomenanya kemarin sejak 3 hari yang
lalu, tanggal 17, 18, 19 itu sudah diprakirakan BMKG, bahwa di Mandalika itu
akan terjadi hujan dengan intensitas ringan sampai lebat," ungkap
Guswanto.
"Kemudian tanggal 20 (Maret) diperkirakan juga hujan
lebat disertai badai petir, kenapa perkiraannya itu? Karena pada waktu itu
terjadi bibit sikontropis 93f yang dampaknya itu memberikan potensi pertumbuhan
awan hujan di Mandalika," tambahnya.
Sehingga, kata Guswanto, bahwa hujan tetap turun terbukti di
Mandalika.
"Dan buktinya, kan dari awal pawang itu sudah bekerja,
tapi kan enggak berenti juga (hujannya,red)," ucapnya.
Lebih lanjut, Guswanto mengatakan bahwa waktu hujan berhenti
sudah diperkirakan oleh BMKG, sebelumnya.
Sehingga, tak ada kaitannya dengan aksi pawang hujan.
"Jadi sebenarnya kemarin waktu berhentinya, itu bukan
karena pawang hujan. Karena durasi waktunya sudah selesai. Kalau dilihat
prakiraan lengkap di tanggal itu memang selesai di jam itu. Kira-kira jam 16.15
WITA, itu sudah selesai, tinggal rintik-rintik itu bisa dilakukan balapan.
Kalau diliat dari prakiraan nasional analisis dampak yang kita miliki
BMKG," jelasnya.
"Sebenarnya kalau cerita tentang pawang hujan itu adalah
kearifan lokal yang mereka miliki, dan itu tidak bisa dicampuradukan dengan
antara sains dan kearifan lokal," terangnya. (tribunnews)