SANCAnews.id – Warga Desa Wadas, Purworejo
menyesalkan sikap represif polisi kepung dan tangkap warga desa yang menolak
pembangunan bendungan di Wadas.
Makanya muncul gerakan Wadas Melawan. Sikap represif polisi,
menurut gerakan Wadas Melawan nggak main-main. Polisi sikat ibu-ibu, banser NU
di masjid sedang mujahadah lho. Polisi juga sikat anak kecil pula.
Insiden itu tejadi Selasa 8 Februari 2022, warga Wadas
Purworejo melawan ribuan polisi yang datang dan mengepung desa mereka.
Ibu-ibu sampai Banser NU
Akun Wadas Melawan mengungkapkan salah satu sikap represif
polisi adalah main sikat saja warga yang sedang berdoa di masjid.
Warga berdoa dan bertahan di masjid untuk memohon kepada
Allah Tuhan Yang Maha Kuasa agar mereka diberikan kekuatan melawan kepungan
polisi.
"Pada pukul 17.30 (kemarin) sebagian Ibu-Ibu Wadas sudah
ada yang bisa keluar dari Masjid Krajan, selebihnya masih di dalam masjid. Ada
yang membantu keluar justru digelandang oleh aparat. Saat ini warga yang di
luar Masjid sedang mecoba cari cara untk mengantar makanan untuk warga yang ada
di masjid, karena kondisi sekitar Masjid Krajan masih dikepung aparat,"
tulis akun Wadas Melawan dikutip Hops.ID, Rabu 9 Februari 2022.
Bukan cuma itu saja lho, di dalam Masjid Krajan juga ada
bersama warga adalah para pasukan Banser NU, iya pasukannya Yaqut Cholil Qoumas
juga disikat polisi lho.
"Beberapa Banser NU yang menjaga kaum nahdliyin Wadas
saat bermujahadah di masjid juga ditangkap oleh aparat kepolisian," kata
akun tersebut.
Polisi menangkapi puluhan orang. Laporan Wadas Melawan, ada
60 warga yang ditangkap dari insiden kemarin.
Polisi berdalih mereka menangkapi puluhan warga itu karena
mereka bawa senjata tajam. Tapi narasi ini dibantah oleh gerakan wadas Melawan.
"Fakta yang terjadi di lapangan adalah polisi masuk ke
rumah-rumah warga untuk menyita arit dan peralatan pertanian kami lalu menyeret
warga kami. Itu yang sebenarnya terjadi," jelas akun tersebut.
Anak kecil sikat juga, begini kronologinya
Dalam rilisnya Gerakan Masyarakat Peduli Alam Desa Wadas
(Gempa Dewa) menuliskan kronologi pengepungan ribuan polisi ke Desa Wadas pada
Selasa 8 Februari 2022.
Jadi sehari sebelumnya, ribuan polisi sudah apel siaga di
Lapangan kaliboto, Wadas. Malam harinya pemadaman listrik terjadi di Wadas,
sedangkan desa sekitar listrik nyala.
Pada Selasa siang 8 Februari 2022, pukul 09.00 WIB ribuan
polisi bersenjata lengkap mulai merangsek masuk Desa Wadas. Poster penolakan
tambang dicopoti polisi.
Pada tenga hari, pukul 12.00 WIB, polisi mengepung dan
menangkap warga yang sedang mujahadah di masjid di Dusun Krajan. Sedangkan
proses pengukuran lahan di hutan tetap berlangsung.
Pukul 12.24 WIB, polisi mendatangi ibu-ibu yang sedang
membuat besek di posko jaga dan merampas besek, pisau dan peralatan untuk buat
besek.
Polisi juga teror dan kriminalisasi warga Desa Wadas dengan
menangkap lebih dari 60 orang dengan lasan idak jelas.
Polisi sweeping ke tiap rumah dan merangsek masuk ke rumah
warga tanpa izin pemilik rumah.
"Aparat kepolisian juga merampas perlengkapan membesek
di rumah rumah. Bentak dan makin juga mereka lontarkan kepada pemilik rumah,
padahal banyak perempuan lansia dan anak-anak berada di dalam rumah,"
jelas rilis Gempa Dewa dikutip Hops.ID.
Pada pukul 13.05 WIB, polisi kembali tangka puluhan warga
bahkan anak kecil juga ditangkap, serta menangkap pemuda yang hendak salat ke
masjid.
Sampai saat rilis Gempa Dewa dipublikasi, sinyal komunikasi
di Desa Wadas di take-down sehingga komunikasi gerakan terhambat.
Pukul 17.30, banyak ibu ibu Wadas masih terjebak di Majid Dusun Krajan, walau ada beberapa warga berhasil keluar. Sedangkan warga yang bantu ibu-ibu keluar dari masjid langsung digelandang aparat. ***