SANCAnews.id – Wakil Ketua Umum Partai Gelora
Fahri Hamzah mengkritik pemindahan ibu kota negara dari Jakarta ke Penajam
Paser Utara, Kalimantan Timur. Dia menilai pemindahan ibu kota dilakukan tanpa
ruh atau jiwa sebagaimana besarnya bangsa Indonesia.
Dia mengatakan, upaya memindahkan ibu kota negara merupakan
ide besar yang pernah dicoba semua presiden sebelumnya. Namun tak terwujud.
Dia mengungkap, sewaktu menjadi Wakil Ketua DPR RI periode
2018-2019 sempat diberi dokumen pemindahan ibu kota. Setelah membacanya, dia
menilai dokumen perencanaan itu minim penjiwaan yang kuat soal cerita bangsa
yang besar.
Karena itu, gagasan besar tersebut justru nampak kecil karena
tidak didasari pada jiwa yang secara simbolik menggambarkan besar dan rumitnya
Indonesia, tetapi bisa dikelola dengan baik. Padahal itu penting, sebab
pemindahan tanpa penjiwaan sebagai bangsa besar justru terkesan bak pembangunan
properti oleh sebuah perusahaan.
"Sekarang kita mesti ada jiwanya. Karena itu (pemindahan
IKN) seperti perusahaan properti gitu lho, mohon maaf ini Pak Andrinof,
sekarang ini perusahaan properti itu bukan cuma bangun gedung, dia bangun kota.
Itu Lippo mau bangun Meikarta meskipun karena ada yang ilegal di dalamnya lalu
dihajar sama orang lalu berhenti. Tapi itu kan nyaris jadi kota. Ada Bumi
Serpong Damai juga dan lain sebagainya," katanya dalam sebuah webinar yang
diikuti Mantan Menteri PPN Andrinof Chaniago, Jumat sore kemarin.
Dia mengatakan, di kota-kota baru yang dibangun para taipan
properti itu pada akhirnya terbukti menjadi kota. Didalamnya terdapat sistem
yang bekerja, ada penghuni bahkan ada infrastruktur penunjang kota baru ciptaan
para taipan properti.
"Lah kita ini bukan sedang membangun kota, yang kita
bangun adalah bangun negara, sebuah negara besar yang keunikannya itu tidak ada
di antara negara-negara besar lainnya di dunia," katanya.
Dia mengatakan, sebenarnya dia ingin cerita yang dikembangkan
oleh pemerintah terkait IKN adalah supaya masyarakat Indonesia menyambut
antusias pemindahan IKN itu. Sehingga arah pembangunan bangsa Indonesia menuju
satu abad bisa diketahui secara tuntas oleh warga negara.
"Sebab memang berat (pemindahan IKN) . Saya mohon maaf
ya, ini satirnya berat. Memang pindah ibu itu berat. Pindah ibu itu tidak mudah
bagi orang karena itu harus ada ajakan ada yang bilang nambah ibu itu gampang,
enggak juga," katanya. (akurat)