SANCAnews.id – Pengusaha Hashim Djojohadikusumo akan
membangun bendungan di Kalimantan Timur, tak jauh dari lokasi Ibu Kota Negara
(IKN). Jika pembangunan bendungan oleh perusahaannya, Arsari Group itu rampung,
maka akan jadi pemasok air bersih ke IKN.
Meski demikian adik Menteri Pertahanan Prabowo Subianto itu
membantah, pembangunan bendungan itu sebagai bagi-bagi jatah dari proyek
pemindahan ibu kota negara. Dia menegaskan, rencana pembangunan bendungan sudah
dirancang jauh sebelum ibu kota baru ditetapkan pindah ke Kalimantan Timur.
"Semua ini (dirancang saat) belum ada ibu kota baru,
tapi ada satu hal yang menarik, ibu kota baru lebih dekat dengan waduk kami.
Hanya 25 kilometer dari ibu kota baru, dari Istana Negara, itu waduk kami
rencanakan tahun 2016," ujar Hashim dalam konferensi pers, Selasa (8/2).
"Nanti proyek air bersih kita ada suplai air ke
Balikpapan, Samarinda, Kota Bangun, Tenggarong, dan juga ibu kota negara yang
baru," kata dia menambahkan.
Hashim mengatakan, pembicaraan bahwa perusahaannya diminta
juga memasok air bersih buat IKN Nusantara baru muncul belakangan.
Menurut Hashim, ia diminta Bappenas untuk juga memasok air
bersih lantaran waduk yang bakal dibangun hanya berjarak 25 kilometer dari
lokasi Istana Negara nantinya.
Butuh Investasi Rp 4,7 Triliun
Chief Executive Officer Arsari Group itu mengatakan,
perusahaan sudah menunjuk konsultan dari Belanda, Witteveen Bos sejak tahun
2016. Ini untuk menghitung seberapa besar potensi pasokan air buat kegiatan
usahanya di sana.
"Berdasarkan studi kelayakan Witteveen Bos, ternyata di
wilayah kami topografinya sangat mendukung untuk dibangun bendungan yang bisa
menghasilkan air melimpah. Karena itu kami akhirnya berencana untuk juga
memasok air bersih di wilayah Kalimantan Timur agar kami bisa punya peran
membantu memasok air bersih yang saat ini masih terbatas," ujar Hashim
dalam konferensi pers pada Selasa (8/2).
Berdasarkan hitung-hitungan konsultannya, kata Hashim, suplai
air bersih untuk Balikpapan dan industri sekitarnya, itu membutuhkan setidaknya
USD 300 juta hingga USD 330 juta atau setara Rp 4,7 triliun (kurs dolar
14.389).
"Kita perkirakan untuk Samarinda dan sekitarnya, Kota
Bangun dan Tenggarong ada juga beberapa ratus juta dolar. komponen utama pipa
air, itu sangat mahal, dan semakin jauh dari tempat asalnya semakin mahal
proyeknya," ujarnya.
Kendati demikian, menurutnya pendanaan untuk penyediaan air bersih
itu tidak akan mencapai USD 1 miliar. Rencananya, pendanaan tersebut bakal
dicari dari berbagai sumber investasi.
Politikus Partai Gerindra itu menjelaskan, saat ini sudah ada
5 kontraktor asing yang sudah menawarkan. Selain itu, Hashim juga sudah berbicara
dengan Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk mengkaji skema pendanaan proyek air
bersih hingga rehabilitasi hutan rusak.
"Saya sampaikan proyek yang saya tangani semua swasta.
Tidak ada dana APBN," pungkas Hashim Djojohadikusumo. (kumparan)