SANCAnews.id – Wartawan senior Edy Mulyadi akhirnya memenuhi
panggilan pemeriksaan dari penyidik Bareskrim Polri, hari ini. Edy yang
didampingi oleh sejumlah kuasa hukum ini turut membawa perlengkapan mandi.
Dalam kesempatan ini, Edy kembali menyampaikan permohonan
maaf terkait ucapannya yang akhirnya menjadi polemik.
“Saya kembali minta maaf, saya enggak mau bilang itu ungkapan
atau bukan. Saya kembali minta maaf sedalam-dalamnya, sebesar-besarnya,"
ujar Edy di Bareskrim Polri, Jakarta, Senin (31/1).
Di sisi lain, Edy tetap bersikeras menolak rencana pemerintah
untuk memindahkan Ibukota Negara dari Jakarta ke Kalimantan Timur.
“Kedua tetap menolak IKN, karena IKN banyak kajian yang
penting soal tidak tepat waktunya duit yang segitu banyaknya harusnya buat
menyejahterakan rakyat, buat pembangunan ekonomi nasional, buat memompa ekonomi
dalam negeri. Bukan untuk membangun (IKN)," terang Edy.
Edy juga menegaskan bahwa warga Kalimantan bukanlah musuhnya.
Sebaliknya, dia justru memperjuangkan masyarakat Kalimantan
yang masih belum sejahtera.
"Musuh saya bukan penduduk Kalimantan, bukan suku ini,
suku itu segala macam, tidak. Saya sekali lagi minta maaf kepada sultan-sultan.
Sultan Kutai, Sultan Paser, Sultan Banjar, Sultan Pontianak, Sultan Melayu,
atau apa sebagainya. Termasuk suku-sukunya. Suku Paser, Suku Kutai segala
macam. Termasuk suku Dayak tadi, semuanya saya minta maaf," pungkas dia.
(rmol)