SANCAnews.id – Ahli Kriminologi Universitas Indonesia Arijani
Lasmawati meminta pemerintah untuk mewaspadai gerakan bernuansa radikalisme
menjelang Pemilu 2024, seperti yang pernah terjadi pada masa Pemilihan Gubernur
DKI Jakarta 2017 dan Pemilihan Presiden 2019.
“Kontestasi politik di Pilgub DKI Jakarta dan Pilpres 2019,
terutama dengan adanya aksi massa 212, mengeskalasi perkembangan radikalisme di
Indonesia,” kata Arijani.
Pernyataan tersebut ia utarakan ketika memaparkan hasil
temuan penelitiannya dalam seminar riset bertajuk, “Pelibatan Remaja dalam
Kejahatan Terorisme di Indonesia sebagai Designated Victim” yang disiarkan di
platform zoom meeting dan dipantau dari Jakarta, Senin kemarin.
Ari, sapaan akrab Arijani, mewawancarai empat orang
perwakilan mantan anggota kelompok teror. Melalui wawancara tersebut, ia
memperoleh informasi bahwa kelompok-kelompok radikal secara aktif membawa
keempat orang tersebut untuk turut serta masuk ke pusaran kontestasi politik.
“Aksi massa 212 tidak bisa dimungkiri merupakan sebuah
peristiwa yang muncul akibat carut-marutnya Pilgub DKI waktu itu,” ucap dia.
Para informan yang sebelumnya fokus pada kegiatan-kegiatan
murni keagamaan, seperti memberantas miras dan judi, menjadi masuk ke jejaring
radikal akibat peristiwa politik tersebut.
“Perkumpulan massa dalam kondisi yang sangat besar dan padat,
serta di dalam media sosial menjadi perbincangan. Itulah yang saya potret
sebagai eskalasi,” tuturnya.
Salah satu informan Ari yang merupakan mantan anggota
kelompok teror memiliki inisial DR. Ari mengatakan bahwa DR mulai tertarik pada
Islam radikal sejak berjejaring dengan simpatisan FPI, tepatnya ketika aksi
massa 2021.
Setelah kekalahan Prabowo pada Pilpres 2019, tutur Ari
melanjutkan, DR merasa kecewa dengan FPI dan beralih menjadi simpatisan ISIS.
Hasil wawancara tersebut membawa Ari pada simpulan bahwa
pergolakan politik dapat menjadi pemicu perkembangan gerakan radikalisme di
Tanah Air, khususnya radikalisme yang melibatkan remaja.
“Inilah konteks sosial yang patut menjadi kewaspadaan. Ke
depan akan ada kontestasi politik 2024, ini perlu menjadi perhatian bagi kita
semua. Potensi ancamannya mungkin meningkat terkait remaja dan radikalisme,”
kata Ari. (era)