SANCAnews.id – Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau
(LKAAM) turut menanggapi terkait pernyataan Megawati yang menyebutkan bahwa
masyarakat Sumatera Barat hari ini berbeda, sepi, dan tidak terlihat lagi
tradisi bermufakatnya.
Ketua LKAAM Fauzi Bahar mengatakan pernyataan Megawati
terhadap Sumatera Barat bukanlah hal yang pertama. Dari satu sisi, dia meminta
masyarakat tidak terprovokasi.
"Kita jadikan saja cambuk untuk menjadi lebih baik lagi
ke depannya. Jangan menanggapinya dengan rasa marah," kata kepada Langkan,
Selasa 11 Januari 2022.
Ia menyebut bahwa penilaian Megawati tersebut tidak usah
diributkan, karena sejatinya masyarakat Sumatera Barat itu sangat solid dan
cinta akan negerinya sendiri.
"Kita tanggapi saja dengan positif, lihat saja lah
perantau Minang ini, saya yakin mereka itu sangat cinta akan kampung
halamannya," ujar Fauzi.
Ia menyebutkan dalam waktu dekat ini LKAAM akan mengadakan
rapat koordinasi dengan Gubernur serta pejabat di daerah, gunanya untuk
membahas kurikulum budaya Minangkabau dimasukkan dalam pembelajaran di sekolah.
Tujuan membahas itu, agar generasi di Sumatera Barat ini
memiliki pengetahuan tentang Minangkabau. Dengan adanya pengetahuan, mak
masyarakat Sumatera Barat tidak lagi bisa dipecah belah oleh ucapan yang
menjelek-jelekkan Sumatera Barat.
"Jika ia (Megawati) berbicara seperti itu biarkan saja,
itu kan penilaian dia, jadikan saja itu sebagai cambuk dan otokritik untuk
menjadi lebih sukses lagi," pungkas Mantan Wali Kota Padang itu.
Sebelumnya, Megawati kembali sindir masyarakat Sumatera Barat
saat penyampaian pidato Hut KE-49 PDI Perjuangan pada Senin 10 Januari 2022.
Pidato yang menyindir Sumbar tersebut disampaikan secara live
di kanal youtube resmi PDI Perjuangan pada menit ke 1:44:54 hingga 1:45:47.
Megawati mempertanyakan kenapa Sumatera Barat saat ini tidak
lagi memiliki tradisi mufakat dan ninik mamak lagi, ia menilai masyarakat
Sumbar sepi dan tidak seperti dulu.
"Pertanyaan saya, kan kita sebetulnya berbeda ya,
artinya Bhineka Tunggal Ika, tapi sebetulnya kita punya tradisi ninik mamak
lho," ucapnya sembari membaca teks pidato.
Megawati juga sempat curhat, pernah diskusi dengan Buya
Syafii Maarif mengenai masyarakat Sumbar ini, ia menyebut jika Sumbar yang ia
kenal dahulu seakan tidak ada lagi, sudah berubah jauh.
"Saya sering bicara dengan Buya Syafii Maarif karena
beliau juga di Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila, saya tanya
kenapa sih Sumatera Barat kembali berubah ya Buya? Sudah tidak adakah yang
namanya tradisi bermusyawarah mufakat oleh ninik mamak itu," ungkapnya.
(kumparan)