SANCAnews.id – Pengamat politik Tony Rosyid berpandangan
Partai Solidaritas Indonesia (PSI) tidak akan pernah berhenti menyerang Anies
Baswedan. Sebab, menurutnya, menyerang Anies adalah bagian dari pilihan
strategi branding PSI untuk mendongkrak elektoral.
"Pertama, serangan kepada Anies ini dianggap efektif
untuk menjaga dan menaikkan popularitas PSI. Kedua, boleh jadi serangan kepada
Anies dijadikan strategi untuk membidik suara dari kelompok yang selama ini
kurang suka terhadap Anies," kata
Tony.
Tony mengatakan saat ini Anies sangat populer. Terutama
posisinya sebagai Gubernur di Ibu kota dan calon presiden 2024. Dengan begitu,
menyerang Anies akan mendapat tumpangan untuk ikut populer.
"Jika anda ingin populer, jalan termudah dan paling cepat
adalah menyerang orang yang sudah populer. Ini teori klasik yang masih terus
berlaku hingga hari ini," ujarnya.
Tony mengungkap PSI harus memiliki eksistensi yang
tersosialisasi ke publik sebagai partai yang ingin menjadi peserta pemilu 2024.
Artinya, publik harus tahu kalau PSI masih ada.
Mengapa tidak mengambil sikap oposisi terhadap Jokowi?
Jawabannya sederhana, PSI tidak punya anggota DPR RI atau anggota legislatif di
pusat. Selain ada faktor lain yang terkait "man behind the gun".
"Strategi yang dipilih oleh PSI adalah menjadi oposisi
Anies Baswedan. Maka, menyerang Anies ini gak ada hubungan dengan perasaan like
or dislike. Tapi, ini mungkin hanya soal strategi. Kalau ada keterlibatan
perasaan, itu hanya efek sampingan," jelasnya.
Sebagai partai yang memiliki delapan anggota DPRD di DKI, PSI
punya legitimasi untuk mengkritisi Anies. PSI menggunakan peran controlling
anggota legislatif sebagai alasan. Namun apakah serangan PSI terhadap Anies
kritik atau fitnah, publik paham soal itu.
"Kritik itu berbasis data. Kalau fitnah gak perlu, atau
bahkan kontra data. Hanya itu bedanya," singgung Tony.
Tony menyebut pidato Ketum PSI Giring Ganesha Djumaryo saat
momen HUT ke-7 PSI pekan lalu merupakan runutan serangan yang dilakukan para
kader PSI terhadap Anies.
Di hadapan Jokowi, dalam pidatonya, Giring mengumbar
pernyataan Indonesia akan suram jika yang terpilih menjadi presiden 2024 adalah
seorang pembohong dan orang yang pernah dipecat oleh Jokowi.
Meski secara eksplisit tidak menyebut nama, namun secara
implisit maksud pidato Giring benar-benar dimaksudkan untuk Anies.
Apalagi bukan pertama kali Giring menyerang Anies dengan
pernyataan serupa. Pekan ketiga September 2021, Giring menyerang Anies dengan
perkataan serupa dan sama sekali tidak menyinggung data dan fakta.
"Kenapa yang paling kritis justru ketua umum PSI dan
kader di luar legislatif? Lagi-lagi, ini hanya soal strategi branding. Semakin
besar reaksi terhadap pernyataan kader PSI, ini tandanya bahwa umpan mereka
berhasil.
Giring dan juga kader PSI yang lain hanya petugas partai.
Mereka hanya menjalankan tugas sesuai dengan pilihan strategi yang mungkin
mereka anggap efektif," tutur Tony.
Meski demikian, menurut Tony, pilihan strategi tersebut tidak
hanya menguntungkan PSI sebagai partai yang berupaya merangkak untuk bisa ikut
berlaga di pemilu 2024. Menurutnya, berkah yang sama didapatkan Anies. Semakin
banyak yang menyerang dan black campaign Anies, maka semakin besar gelombang
empati, simpati dan dukungan terhadap Anies.
"Mendengar statemen Giring kemarin, saya menduga Anies
akan senyum-senyum saja. Dan ini jadi kebiasaan Anies, selalu senyum setiap
kali diserang dan dibully. Di balik senyum Anies, ada hikmah yang besar. Anies
makin lapang jalannya menuju ke Istana," demikian kata Tony Rosyid akhir
pekan lalu. (akurat)