SANCAnews.id – Proyek infrastruktur garapan pemerintahan
Presiden Joko Widodo kian disorot publik. Proyek pembangunan yang selama ini
menjadi semangat pemerintahan Jokowi justru menunjukkan sisi negatif, mulai
dari minim pemasukan, hingga adanya kecelakaan kerja yang baru-baru ini
terungkap dalam proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB).
Begawan ekonomi Rizal Ramli secara khusus menyoroti
perkembangan proyek infrastruktur yang selama ini dibanggakan pemerintahan.
Pada dasarnya, kata RR, sapaan Rizal Ramli, proyek infrastruktur penting bagi
bangsa asalkan dijalankan dengan benar dan sesuai studi.
"Pembangunan infrastuktur itu perlu. Tapi proyek-proyek
infrastruktur ‘komando boss’, tanpa feasibility study, jadi bancakan, dibiayai
utang dan buntutnya hanya jadi beban APBN," kata Rizal Ramli dikutip dari
akun Twitternya, Kamis (9/12).
Selain karena minim studi kelayakan, kegagalan atas proyek
infrastruktur juga tak lepas dari adanya praktik main anggaran. Tak sedikit
megaproyek yang dijalankan justru di-markup demi kepentingan kantong pribadi.
"Seperti Monorail Palembang, Bandara Kertajati dan
lain-lain. Proyek-proyek ‘komando’ sering terjadi dengan markup 130 sampai 150
persen," kritiknya.
Baru-baru ini, publik dihebohkan dengan pembongkaran tiang
pancang proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) garapan PT Kereta Cepat
Indo-China (KCIC). Pembongkaran dilakukan karena tiang pancang atau pier yang
dipasang tidak sesuai koordinat.
Pembongkaran ini menjadi viral di media sosial lantaran
beberapa tiang pancang sudah berdiri tegak namun dirobohkan karena masalah
teknis.
"Tim Quality PT KCIC dan Konsultan Supervisi CDJO
menemukan pergeseran alignment pekerjaan pier di DK46 dan menginstruksikan
Kontraktor melakukan rework dan membongkarnya untuk dibangun kembali sesuai
spesifikasi teknis yang sudah ditetapkan," ujar Presiden Director PT KCIC,
Dwiyana Slamet Riyadi mengklarifikasi, Rabu (8/12).
Belum lagi sejumlah bandara milik Angkasa Pura I yang minim
pemasukan. PT Angkasa Pura I melaporkan pandemi yang melanda sejak 2020
berdampak terhadap penurunan penumpang secara drastis di 15 bandara Angkasa
Pura Airports.
Ada beberapa catatan bandara yang menjadi sepi penumpang
setelah dioperasikan. Salah satunya Bandara New Yogyakarta International
Airport (NYIA) di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Bandara yang dibangun dengan anggaran Rp 12 triliun masih
jauh dari target pemasukan sejak beroperasi pada Agustus 2020 lalu.
Belum lagi Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati,
Majalengka, Jawa Barat. Saat ini, bandara tersebut mengalihkan sementara
penerbangan komersial ke Bandara Husein Sastranegara, Bandung. (rmol)