SANCAnews.id – Sejumlah harga komoditas pangan meroket,
seperti cabai rawit merah hingga Minyak Goreng. Naiknya harga komoditas pangan
ini dikeluhkan oleh masyarakat.
Pasalnya, bahan pangan yang dibutuhkan masyarakat tersebut
terjadi saat kondisi ekonomi sangat sulit, karena pandemi Covid-19 masih
mewabah di dalam negeri.
Mantan Menko Ekuin Rizal Ramli mengatakan, untuk menjaga
stabilitas harga pangan merupakan hal yang mudah bagi pemerintah. Namun, hal
itu tidak dilakukan lantaran pemerintah lebih pro terhadap oligarki yang
berkuasa di Indonesia.
"Hari ini tidak ada tuh saya lihat niat pemerintah
(menstabilkan harga)," ujar Rizal Ramli dalam acara diskusi virtual yang
digagas Partai Gelora bertemakan Refleksi Akhir Tahun, Selamat Datang Tahun
Politik, Bagaimana Nasib Indonesia di Masa Depan?, Rabu (29/12).
Mantan Kepala Badan Urusan Logistik (Bulog) ini melihat,
ibu-ibu dan keluarga-keluarga yang terimbas pandemi Covid-19 hingga tak
memiliki kerjaan sudah mengeluh semua. Sementara pemeirntah malah gemar
pencitraan.
"Eggak ada tuh sikapnya (pemerintah) mau ngapain dan
sebagainya, malah sibuk kampanye pakai media berbayar kampanye pakai
kostum," tegasnya.
Dia juga menyayangkan sikap dari Menteri Keuangan Sri Mulyani
Indrawati yang tidak memandang secara rasional terkait penerimaan pajak yang
diklaim meroket, padahal fakta yang didapat Rizal Ramli bertolak belakang.
"Saya ingin katakan tahun depan ini akan lebih baik
sedikit dibandingkan tahun lalu. Kalau dinyatakan penerimaan pajak paling hebat
dalam sejarah oleh Sri Mulyani Sri Mulyani (namanya) belajar ngibul, semakin
lama semakin-makin jago ngibul, ngikutin Jokowi,” tuturnya.
Rizal Ramli menambahkan, penerimaan pajak saat ini sudah
anjlok jika dilihat dari tax ratio yang hanya 7,8 persen atau menurutnya paling
buruk. Tapi di sisi yang lain, pemerintah justru menaikkan pajak rakyat kecil
untuk menopang keuangan negara bukan malah menekan pengemplang pajak.
"Tax ratio-nya hanya 7,8 persen terendah dalam sejarah,
tetapi pajak untuk rakyat ini itu dinaikin, kan bikin rakyat susah. Listrik
naik, gasnya, pajak-pajak dinaikin, ini kinerja pajak paling payah,"
katanya.
"Karena dia mengadakan tax amnesty berulang-ulang yang
merugikan negara menguntungkan oligarki, menghapuskan royalti pajak batu bara,
untungkan oligarki merugikan rakyat," tutup Rizal Ramli. (rmol)