SANCAnews.id – Gagasan pembangunan infrastruktur Presiden
Joko Widodo yang terus berlanjut di periode kedua pemeirntahannya
bakalberpotensi menumpuk utang negara.
Sebabnya, hal tersebut dinilai sebagian publik sebagai visi
yang ambisius, karena potensi keuntungan balik dari infrastruktur yang dbangun
belum pasti.
Ekonom senior Indef, Didik J Rachbini mengungkapan, Presiden
Joko Widodo tidak akan memberhentikan proyek-proyek besar yang sudah berjalan,
meski ke depannya negara akan mengalami kerugian dan menghadapi risiko yang
besar.
"Saya tidak melihat tanda tanda berhenti. Tapi kan
sebagai masyarakat yang paham tentang ekonomi project infrastruktur kan
melakukan kritik. Ini akan menambah ICore kita," ucap Didik dalam acara
diskusi virtual, Jumat (10/12).
Menurutnya, dalam akhir masa jabatan Presiden Joko Widodo
mendatang, akan mewarisi utang yang sangat besar. Didik mengingatkan agar
Jokowi untuk berhati-hati, lantaran ke depan Indonesia akan menanggung beban
besar akibat utang tersebut.
"Utangnya banyak meskipun tidak lewat APBN tapi ini
utang infrastuktur yang bengkak itu punya pengaruh terhadap ekonomi dan nanti
kita tidak menikmati apa-apa, nanti terkuras sebelum menerima hasil, ini karena
periodenya panjang," tegasnya.
Dia menambahkan proyek kereta cepat yang digadang-gadang
pemerintah tersebut akan menambah utang negara dan baru terlunaskan selama 100
tahun. Apalagi mengingat definisi kereta cepat yang dianut dunia adalah
transportasi dari satu daerah ke daerah lainnya dnegan jarak mencapai 60
kilometer (km).
"Manfaatnya tidak seperti yang sesungguhnya. Ini dari
logika tidak masuk akal. (Tapi) di Indonesia sudah biasa proyek yang tidak
masuk akal (seperti) ini," tandasnya. (rmol)