SANCAnews – Survei calon presiden untuk
Pilpres 2024 telah marak bermunculan. Padahal Presiden Joko Widodo baru genap 2
tahun menjabat sebagai presiden untuk periode kedua yang didampingi oleh Wakil
Presiden Maruf Amin.
Bagi Direktur Gerakan Perubahan Muslim Arbi, maraknya survei
capres itu pertanda bahwa rakyat ingin cepat-cepat presiden diganti.
Keinginan itu bukan tanpa alasan. Sebab selama dua tahun
Jokowi-Maruf, ekonomi tidak tumbuh dan masih tetap terpuruk. Sementara utang
kian menumpuk.
Bahkan, pemerintah mau berutang lagi untuk membayar bunga
utang. Untuk tahun depan saja, kata Muslim, pemerintah akan membayar bunga
utang sebesar Rp 405 triliun.
"Ancaman kebangkrutan ekonomi semakin nyata. Pembangun
infrastruktur digenjot, tapi tidak bantu pulihkan ekonomi. Ruas jalan tol
dijual murah. MRT dan kereta skytrain ke Bandara juga tidak menguntungkan.
Terakhir proyek KCJB, membebani APBN dan merugi Rp 27 triliun," ujar
Muslim kepada Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (20/10).
Menurut Muslim, hak tersebut menunjukkan bahwa semakin kacau
dan semrawut proyek ambisius infrastruktur di rezim Jokowi.
Tak hanya itu, situasi perpolitikan dan demokrasi juga
semakin mengarah ke sistem otoritarianisme. Pembungkaman pendapat terhadap
mahasiswa pun semakin brutal serta suara-suara kritikan dibungkam dengan
serangan balik dari Istana yang tidak beradab.
Bahkan kata Muslim, sistem komunikasi penguasa nihil nilai
dan tidak elegan. Kritikan terhadap pejabat-pejabat negara dibalas dengan
pelaporan ke kepolisian.
"Maka tidak heran survei capres bertebaran, meski 3
tahun lagi periode Jokowi-Maruf. Tapi nampaknya rakyat maunya ganti presiden
segera. Bila perlu secepatnya. Itu pesan psikologis dari survei-survei capres
itu," pungkas Muslim. (***)