SANCAnews – Pengganti Marsekal Hadi Tjahjanto
sebagai Panglima TNI hingga kini masih misteri. Presiden Joko Widodo (Jokowi)
belum juga mengirimkan nama calon Panglima TNI ke DPR RI.
Padahal masa pensiun Marsekal Hadi Tjahjanto sudah dekat
yaitu pada November 2021. Ini membuat publik bertanya-tanya siapa gerangan
Panglima TNI selanjutnya.
Pengamat Komunikasi Politik dan Militer Universitas Nasional
(Unas) Jakarta Slamet Ginting punya analisa menarik mengenai pergantian
Panglima TNI tahun ini.
Menurut Slamet Ginting, pergantian Panglima TNI saat ini
diwarnai dinamika politik yang sangat tinggi. Ada tarik menarik kepentingan
politik di balik suksesi Panglima TNI.
Slamet Ginting memperkirakan Jokowi akan melakukan reshuffle
kabinet pada Oktober ini di saat pemerintahannya memasuki masa dua tahun.
"Reshuffle kabinet ini apakah para kepala staf angkatan
atau Panglima TNI akan masuk ke jajaran kabinet atau tidak. Ini akan
mempengaruhi," kata dia dikutip dari YouTube Hersubeno Point.
Jokowi Konsultasi ke
Empat Tokoh
Slamet Ginting menduga molornya waktu pergantian Panglima TNI
karena ada tarik menarik kepentingan politik. Kata Slamet, setidaknya Jokowi
akan bertanya ke sejumlah orang untuk mencari calon Panglima TNI yang pas.
Pertama Jokowi akan bertanya ke Megawati Soekarnoputri.
Pendapat Mega akan menjadi acuan. Kedua adalah orang militer yang punya
pengaruh di kabinet yaitu Luhut Binsar Pandjaitan.
Ketiga Menteri Pertahanan Prabowo Subianto karena Panglima
TNi akan bekerja sama dengan Menhan. Keempat adalah Jenderal Wiranto di
Wantimpres.
"Empat orang ini mempengaruhi. Ini bukan soal giliran
atau tidak tapi terkait tarik menari kepentingan sangat tinggi.
Pergantian Panglima TNI ini kata Slamet Ginting, terkait
dengan rencana proses pergantian kepemimpinan di 2024. Di survei muncul empat
tokoh militer sebagai capres. Mereka ialah Prabowo, AHY, Gatot Nurmantyo dan
Andika Perkasa.
"Jadi posisi Andika menjadi tanda tanya. Apakah akan
diplot menjadi Panglima TNI atau masuk dalam kabinet," katanya.
Andika Perkasa Pendamping
Puan di Pilpres?
Jika suara Andika Perkasa terus mencuat di survei, bukan
tidak mungkin kata Slamet, Andika akan menjadi kandidat kuat sebagai cawapres
Puan Maharani.
Slamet mengatakan, jika Puan disandingkan dengan Prabowo
Subianto, maka Puan akan menjadi orang nomor dua.
"Kalo dengan Prabowo posisi dia (Puan) nomor dua. Kalo
dengan Gatot dan AHY tidak mungkin. Jadi kemungkinannya dengan Andika Perkasa.
Ini yang akan menjadi tarik menarik kepentingan," ujar Slamet.
Jika Andika dimasukkan dalam kabinet, Slamet mengatakan,
posisinya kemungkinan besar akan menjadi Kepala Staf Kepresidenan menggantikan
Moeldoko.
"Sudah ramai Moeldoko akan dicopot sebagai Kepala Staf
Kepresidenan. Posisi ini kemungkinan akan menjadi tempat bagi Andika Perkasa jika
ia tidak terpilih menjadi Panglima TNI," ujarnya.
Tapi, lanjut Slamet, bukan berarti Moeldoko akan disingkirkan
tanpa jabatan. Dia tetap masuk kabinet dengan posisi menteri.
Menurut Slamet, untuk mencari figur Panglima TNI ini bukan
cuma loyalitas tapi juga kedekatan dengan presiden. Dari tiga kepala staf
angkatan, Andika paling dekat dengan presiden karena pernah menjadi Dan
Paspampres.
"Kalo kita lihat relasi politiknya Andika sangat
diuntungkan," katanya.
Kata Slamet, masa peralihan membutuhkan stabilitas politik
sangat kuat. Biasanya kata dia uang diperlukan adalah tokoh Angkatan Darat.
Kenapa? Karena AD mempunyai basic teritorial yang baik.
Ketika Hadi Tjahjanto dibiarkan sampai hampir empat tahun,
ada kecendrungan Presiden Jokowi mengulur-ulur waktu untuk Andika jadi Panglima
TNI.
Letjen Dudung Jadi
Panglima TNI
Bahkan skenario baru bisa terjadi jika Andika Perkasa masuk
dalam kabinet. Menurut Slamet, pengganti Andika sebagai KSAD bisa jadi Panglima
TNI.
"Misal Letjen Dudung dilantik menjadi KSAD pada 20
Oktober 2021 berbarengan dengan menteri kabinet. Pada November dia juga bisa
jadi Panglima TNI. Karena syarat jadi Panglima TNi orang yang pernah dan sedang
menjadi kepala staf angkatan," ujar Slamet.
KSAL Laksamana Yudo Margono juga punya peluang besar menjadi
Panglima TNI jika Andika Perkasa ditarik masuk kabinet. Namun kata Slamet ada
satu hal yang menjadi kelemahan Yudo Margono adalah peristiwa tenggelamnya KRI
Nanggala.
"Kalo Fadjar Prasetyo agak tipis peluangnya. Tidak
mungkin Dari AU ke AU lagi. Kalo AD sangat memungkinkan dari AD ke AD karena AD
jumlahnya sangat besar," ungkap Slamet.
Menurut Slamet, Jokowi dalam dinamika politik seperti saat
ini butuh figur yang cukup berani mengambil risiko. "Terlepas dari
kontroversi kasus Dudung dalam kasus dengan FPI tapi dia berani
bertindak," kata Slamet.
"Tentu bagi pendukung FPI dia dianggap cela. Tapi bagi
Presiden Jokowi ini adalah kredit poin paling tinggi," ungkapnya.
Tipikal Dudung, menurut Slamet, adalah orang yang dibutuhkan
Presiden Jokowi.
"Jangan lupa dalam beberapa kesempatan di Istana ketika
presiden mengumpulkan para Pangdam dan Kapolda, tiga kali presiden menyebut
nama Dudung. Kalian harus berani seperti dudung sampai tiga kali. Dari situ
saya yakin Dudung menjadi pimpinan TNI. Terbukti jadi Panglima Kostrad dan
sekarang calon kuat KSAD. Nyaris tidak ada tandingan walaupun ada beberapa
senior. Terlepas ada hubungan mertuanya dengan PDIP," katanya. (suara)