SANCAnews – Pemerintah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dikabarkan telah
membalas surat permohonan bantuan dari keturunan Sultan Aceh Cut Putri.
Keturunan Sultan Aceh yang juga pemimpin Darud Donya itu
beberapa waktu lalu mengirimkan surat resmi kepada Erdogan untuk meminta
bantuan menyelamatkan situs sejarah yang terancam punah.
"Kami sangat berterima kasih atas respons dan sambutan
baik, serta perhatian Turki kepada rakyat Aceh yang kini sedang berjuang,"
kata Cut Putri dalam keterangannya, di Banda Aceh, Selasa (19/10/2021) dikutip
dari Antara.
Cut Putri mengirimkan surat resmi kepada Erdogan berisi
permohonan bantuan kepada pemimpin Turki untuk membantu Aceh yang kini tengah
berada dalam kondisi darurat sejarah.
Melalui surat tersebut disampaikan bahwa saat ini Aceh sudah
membutuhkan bantuan Turki untuk membantu menyelamatkan khazanah dan warisan Islam
Asia Tenggara di Aceh yang sedang kritis dan terancam dimusnahkan karena adanya
pembangunan IPAL di Banda Aceh.
Ia menyatakan, situs sejarah makam kuno para raja dan ulama
kesultanan Aceh Darussalam itu berisi makam para ulama dan perwira pasukan Turki
Usmani.
Cut Putri mengatakan, dirinya sudah berkomunikasi langsung
dengan Wakil Perdana Menteri Turki Fikri Isik, dan menegaskan bahwa mereka akan
selalu peduli kepada Aceh.
"Beliau (Wakil Perdana Menteri Turki) tegaskan bahwa
bertekad untuk mengikuti jejak nenek moyangnya untuk peduli kepada Aceh,"
ujarnya.
Cucu Sultan Aceh keturunan Sultan Jauharul Alam Syah Johan
Berdaulat Zilullah Fil Alam itu merasa bersyukur atas sambutan baik dari Turki
terkait usaha penyelamatan situs sejarah peradaban Islam Asia Tenggara di Aceh
yang sedang diperjuangkan tersebut.
"Pihak Turki juga ingin tahu lebih jauh dan mempelajari
lebih dalam tentang situasi darurat (sejarah) yang sedang terjadi di
Aceh," kata Cut Putri.
Cut Putri juga menambahkan, hubungan diplomatik antara
Kesultanan Aceh dan Turki telah terjalin sejak ratusan tahun lalu.
Kesultanan Aceh dan Turki, katanya, kerap saling membantu
dalam dakwah Islam dan untuk melawan penjajahan.
"Sejarah juga mencatat eratnya korespondensi antar kedua
negara, termasuk permohonan bantuan dari para Sultan Aceh kepada Turki, saat
Aceh berada dalam kondisi darurat," kata dia.
Pemerintah Banda Aceh kembali melanjutkan pembangunan proyek
IPAL di Gampong Pande kota setempat pada akhir Februari 2021. Bangunan itu
sempat dihentikan karena banyak ditemukan situs bersejarah seperti nisan makam
raja dan ulama Aceh pada 2017 lalu.
Namun kelanjutan pembangunan tersebut menuai kritikan serta
penolakan dari berbagai kalangan masyarakat Aceh, terutama warga setempat,
budayawan hingga keturunan Raja Aceh. (kompas)