SANCAnews.id – Negeri Jiran Malaysia kembali melayangkan sindiran pedas kepada Indonesia terkait kondisi di Laut Natuna Utara saat ini.
Dilansir dari Pikiran Rakyat.com, baru-baru ini salah satu media Malaysia menyoroti penggunaan kapal China oleh pihak Indonesia di Laut Natuna Utara di tengah sengketa yang masih terjadi.
Tak hanya itu, Malaysia juga menilai sikap Indonesia yang terkesan diam saja saat kapal milik China justru menjadi ancaman kuat dengan bebas berlayar di zona Laut Natuna Utara .
Saat Malaysia langsung menyikapi tindakan China yang memasuki wilayah mereka, Indonesia malah berdiam diri tak beri perlawanan.
Tak cuma sikap Indonesia yang dianggapberdiam diri tanpa perlawanan, media Malaysia juga menyindir sebuah keanehan yang terjadi di Laut Natuna Utara.
Hal tersebut terkait perusahaan migas Indonesia, PT Medco Energi yang menyewa kapal pemboran milik perusahaan China untuk melakukan pengeboran minyak dan gas di Blok B di laut Natuna Utara.
Kapal pemboran Deepblue Explorer (Shen Lan Tan Suo) milik perusahaan China Oilfield Services Limited terdeteksi sedang beroperasi di Laut Natuna untuk melakukan pekerjaan atas nama PT Medco Energi.
Hanya saja, rig pengeboran perusahaan China tersebut tidak merambah ke wilayah perairan Indonesia di Laut Natuna seperti yang dilakukan kapal penjaga pantai. Hal tersebut dikarenakan rig pengeboran China sebenarnya dikontrak oleh perusahaan Indonesia sendiri.
Kesepakatan antara perusahaan China dan Indonesia itu ditandatangani sejak bulan Juni lalu.
Anehnya, Indonesia menggunakan keahlian dari negara-negara yang merambah perairannya,” tulis Defence Security Asia dalam artikelnya pada 27 Oktober 2021.
Di akhir artikel disebutkan “kapal Haiyang Dizhi akhirnya meninggalkan perairan ZEE Indonesia di Laut Natuna beberapa hari yang lalu, kapal Dayang Hao juga meninggalkan perairan ZEE Malaysia”.
Sementara itu, upaya Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan untuk membungkam isu keberadaan kapal China di Laut Natuna dengan alasan bahwa negara itu menghormati kebebasan navigasi di Laut Natuna sebelumnya telah mendapatkan kritik oleh beberapa pihak. (terkini)