SANCAnews – Cara kerja Menteri Sosial Tri Rismaharini yang kerap mengumbar emosi di depan publik dianggap sebagai gaya kolonial yang sudah ketinggalan zaman. Lebih buruk lagi, gaya kolonial Risma ini membuat psikologis orang-orang di Kementerian Sosial (Kemensos) terganggu.
Direktur Eksekutif Oversight of Indonesia's Democratic
Policy, Satyo Purwanto mengatakan, di zaman sekarang tidak diperlukan
overacting atau marah-marah seperti yang dilakukan Mensos Risma.
"Jika data diinput atau dikoreksi secara manual
risikonya adalah kemungkinan data tersebut dibajak atau dinterupsi tanpa
sepengetahuan pemerintah pusat, sangat mungkin terjadi. Sudah sekian lama
Mensos Jokowi ini hanya muter-muter dan enggak kelar-kelar ngurus data dengan
segala macamnya. Input dan revisi data puluhan juta tidak akan selesai dengan
cara-cara primitif, mesti ada terobosan," ujar Satyo kepada Kantor Berita
Politik RMOL, Senin (4/10).
Menurut Satyo, cara kerja Risma yang tidak ada kemajuan dan
bahkan merusak psikologis kerja di Kemensos mengakibatkan banyak orang cerdas
di Kemensos yang memilih diam ketika berhadapan dengan Menteri yang hanya jago
ngomel.
"Jokowi mesti cari pengganti Risma di Kemensos yang bisa
bekerja lebih baik lagi, saat ini zaman sudah berubah, gaya Bu Risma ini gaya
zaman kolonial," kata Satyo.
Seharusnya di era digital serba online ini, Risma dapat
memanfaatkan teknologi dalam perumusan dan revisi data.
"Pemerintah mesti tidak sulit untuk sistem informasi
yang dapat bekerja multi platform untuk merespons dinamika data DTKS,"
pungkas Satyo. (*)