SANCAnews.id – Kinerja mantan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono dengan Presiden Joko Widodo kini tengah ramai diperbincangkan
bahkan diperbandingkan.
Direktur Eksekutif Oversight of Indonesia's Democratic
Policy, Satyo Purwanto mengatakan perbandingan kinerja keduanya dapat dilihat
dari rasio utang pemerintah. Dimana saat rezim SBY, pemerintahanya mampu
menurunkan rasio hutang terhadap produk domestik bruto dari 56,6 persen menjadi
25,6 persen.
"Yang membuat Indonesia dapat melunasi utang IMF lebih
cepat dari jadwalnya, maka atas pencapaian tersebut, sejak tahun 2008 Indonesia
menjadi anggota G-20 atau grup negara-negara dengan ekonomi terbesar dunia dan
dianggap negara maju," ujar Satyo kepada Kantor Berita Politik RMOL, Senin
(25/10).
Sementara prestasi Jokowi dari tujuh tahun kepemimpinannya
justru semakin menumpuk hutang. Satyo membeberkan, berdasarkan sumber data yang
diambil dari situs APBN per September 2021 yang dirilis Kementerian Keuangan,
utang pemerintah per Agustus 2021 naik terus hingga sebesar Rp 6.570,17
triliun.
Selain kenaikan utang kata Satyo, Menteri Keuangan andalan
Jokowi yakni Sri Mulyani Indrawati juga berhasil mencatatkan kenaikan rasio
utang pemerintah terhadap produk domestik bruto/PDB, data di bulan Agustus 2021
saja rasionya sudah naik menjadi 40,85 persen.
"Selain meroketnya utang, prestasi pemerintahan Jokowi
juga sukses dan berhasil menggolkan UU Cilaka/Cipta lapangan kerja yang diduga
UU tersebut justru akan semakin memudahkan Oligarki menguasai urusan hajat
hidup orang banyak, semisal soal aturan dan upah kerja dan penguasaan SDA oleh
konglomerasi oligarki peng-peng," pungkas Satyo. (*)