SANCAnews – Eks Panglima TNI Gatot Nurmantyo
menyatakan ideologi komunis di Indonesia tak mungkin mati atau hilang.
Setidaknya hal itulah yang membuatnya selalu menggelorakan rasa waspada bahaya
laten komunis di tubuh TNI dan masyarakat. Termasuk di tiap September.
Dia mengaku khawatir jika gerakan komunis kembali bangkit,
karena sejumlah hal penyerta sudah terpantau muncul sejak lama. Soal penyusupan
komunis di tubuh TNI, Gatot memang menyatakan tak bisa melihat dari orang per
orang.
Tetapi hal itu, kata dia, bisa dilihat dari indikasi-indikasi
yang muncul belakangan. “Salahkah saya yang menduga hal strategis seperti
diorama di museum saja tiba-tiba hilang. Diorama mengusik rasa kebangsaan saya
sebagai purnawirawan TNI,” kata Gatot di saluran Youtube Karni Ilyas Club,
dikutip Kamis 30 September 2021.
Maka itu, Gatot pun kemudian rajin menyuarakan warning agar
semua bersiaga terhadap kemungkinan bangkitnya kembali PKI di era sekarang ini.
Sebab sejak dari tahun 1965, bisa saja ada penyusup di TNI yang memulai karir
dari Bintara, Tamtama, dan benih itu terus tumbuh sekarang ini.
Apalagi, kata dia, di tubuh TNI kini sudah tak ada lagi
Litsus sejak reformasi digelar. Sehingga berbagai kemungkinan yang
dikhawatirkan bisa saja terjadi.
Gatot taruh intel pantau komunis
Terkait apakah ada tanda-tanda lain yang berkaitan dengan
mulai tumbuhnya komunis di Tanah Air, Gatot punya analisa. Pertama, kata dia,
adanya nuansa kelompok-kelompok tertentu yang mengusulkan agar Tap MPRS 25
tahun 1966 dihapus.
Adapun Tap MPRS itu berkaitan dengan pelarangan ideologi
komunis di RI. Kedua, kata dia, soal sejarah G30S/PKI yang mulai dihapus dari
kurikulum.
“Untuk apa itu? Kemudian (ketiga) muncul RUU rekonsiliasi,
kemudian (keempat) litsus dihapuskan, kemudian terbaru agama akan dihilangkan
dari kurikulum pendidikan, tapi setelah diproses tak terjadi, namun ada upaya
untuk itu. Apakah ini hal yang wajar?” kata Gatot lagi.
Baginya ini kemungkinan terstruktur dan telah direncanakan
matang. Makanya dia punya feeling ada gerakan di balik semua ini.
“Bayangkan, ada partai yang sekolahkan kader-kadernya ke
Partai Komunis China, mereka sekolahkan ke sana. Waktu saya menjabat (Panglima)
itu sengaja saya susupkan Yayat Sudrajat jadi atase China untuk cari data-data
itu. Saya punya data.”
“Itu kan indikasi, untuk apa mereka belajar ke sana, karena
ada hubungannya,” katanya.
Gatot pun mengaku rela dimaki tiap September agar peristiwa
memilukan berdarah itu tak terjadi lagi. Dan alasan itulah yang membuatnya
terus getol menyuarakan bahaya komunisme di Indonesia. (hops)