SANCAnews – Anggota DPD RI Prof Jimly Asshiddiqie
meminta masyarakat tidak perlu khawatir dengan isu perpanjangan masa jabatan
presiden tiga periode yang terus bergulir seiring wacana amendemen UUD 1945.
Menurut mantan ketua pertama Mahkamah Konstitusi (MK) itu,
perpanjangan masa jabatan presiden tidak mungkin terjadi.
“Soal perpanjangan masa jabatan presiden, itu tidak mungkin,
tidak bisa dan tidak mungkin. Apalagi, Pak Jokowi juga sudah marah-marah,
enggak mau dia. Marah dia, tersinggung, begitu lho,” kata Prof Jimly saat
berbincang dengan JPNN.com, Rabu (8/9).
Dia menilai isu tersebut hanya akan menimbulkan perselisihan
antara yang pro dengan yang kontra. Terlebih lagi bila isu tersebut terus
digoreng-goreng dengan tujuan yang bermacam-macam.
“Misalnya, orang yang mau goreng-goreng, maksudnya macam-macam.
Ada yang mau menjilat, ada yang kemudian menentang, itu jadi terpancing.
Padahal, enggak ada dan enggak mungkin,” tutur Prof Jimly.
Eks ketua DKPP itu membeberkan alasan kenapa perpanjangan
masa jabatan itu tidak mungkin terjadi.
Pertama. karena semua partai sudah punya calon. Kedua, wacana
itu tidak sejalan dengan agenda reformasi. “Tidak mungkin, kenapa? Ya, itulah
misinya reformasi, pembatasan masa jabatan. Dan kedua, tidak ada partai yang
mau,” ucap Prof Jimly.
Oleh karena itu, publik jangan terpancing memperdebatkan
sesuatu yang tidak ada. Sebab, itu hanya buang-buang waktu, apalagi dengan
emosi.
“Partai mana coba? PDIP yang paling besar, kan sudah punya
calon. Kedua, Golkar, sudah punya calon. Ketiga, Gerindra, sudah punya calon
juga,” kata tokoh asal Sumatera Selatan itu.
Ketua umum Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) itu
menambahkan, memperdebatkan isu yang dibuat-buat tersebut dengan emosi hanya
akan menimbulkan permusuhan.
“Makanya, setop itu wacana tiga periode itu,” tandas Prof
Jimly Asshiddiqie.
Pada Senin, 2 Desember 2019, Presiden Jokowi menegaskan
tanggapannya atas wacana penambahan masa jabatan presiden maksimal tiga
periode.
“Ada yang bilang presiden dipilih tiga periode. Itu ada tiga
(maknanya) menurut saya; satu ingin menampar muka saya, yang kedua ingin cari
muka, padahal saya sudah punya muka. Dan yang ketiga ingin menjerumuskan. Itu
saja,” tegas Jokowi, di Istana Merdeka. (fajar)