SANCAnews – Selama bergabung dengan
pemerintah, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dinilai memiliki
kesamaan karakter dengan Presiden Joko Widodo. Bahkan muncul anggapan bisa
lebih berbahaya jika terpilih menjadi Presiden di Pilpres 2024 karena dianggap
akan selalu mengabaikan UU.
Begitu kata pengamat hukum dan politik Mujahid 212, Damai
Hari Lubis menanggapi pujian Prabowo Subianto kepada Presiden Jokowi yang
disampaikan beberapa waktu lalu.
Pujian yang dimaksud adalah saat Prabowo bersaksi bahwa
Presiden Jokowi sudah bekerja keras dan tulus demi rakyat dan sudah di jalan
yang benar.
Selain itu, Prabowo juga mengaku salut kepada pelaksanaan
sistem dari Presiden Jokowi yang tidak menerapkan lockdown keras dalam
mengatasi pandemi Covid-19.
"Disayangkan, Prabowo memuji Jokowi yang gunakan sistem
prokes Covid-19 (PSPB dan PPKM Darurat), padahal ada UU 6/2018 tentang
Kekarantinaan Kesehatan, yang mana UU a quo adalah Jokowi yang membuat atau
mengesahkannya namun tidak digunakan," ujarnya kepada Kantor Berita
Politik RMOL, Jumat (3/9).
Apalagi, kebijakan penanganan pandemi Covid-19, Jokowi
sepenuhnya tidak tunduk atau mengacu terhadap kewajiban-kewajiban yang
seharusnya dilaksanakan oleh negara.
"Bahkan fakta pelaksanaan terhadap sistem prokes
tersebut, menunjukkan Jokowi selaku Presiden terang-terangan sengaja beberapa
kali melanggar prokes Covid-19," kata Damai.
Damai pun merinci beberapa pelanggaran protokol kesehatan
(prokes) yang disengaja dilakukan oleh Jokowi. Yaitu, lempar-lempar bagi
sembako, kasus Maumere, juga hadiran pada undangan nikahannya artis Aurel
Hermansyah, bahkan melanggar PPKM Darurat level 4 di daerah Grogol Jakarta
Barat dan selanjutnya kembali melanggar di Cirebon, Jawa Barat.
"Maka terhadap pujian dari PS (Prabowo Subianto)
terhadap kepemimpinan Jokowi, punya makna dirinya merasa selain memiliki
kesamaan karakter, setidaknya akan mengikuti perilaku atau paradigma-paradigma
politik yang identik atau mirip kebijakan-kebijakan yang Jokowi telah buat dan
telah dilakukan selama ini," jelas Damai.
Damai merasa tidak heran pujian tersebut tidak lepas dan bisa
jadi sebagai wujud kesetiaan Prabowo sebagai Menteri Pertahanan (Menhan)
sebagai bawahan kepada atasan. Bisa juga dilakukan untuk menyenangkan Presiden
Joko Widodo sebagai atasan.
“Namun sebaiknya pujian tersebut tidak perlu diumbar atau
disampaikan dihadapan publik. PS cukup aplikasikan kebijakan presiden sesuai
tupoksi yang memang mesti ia jalankan," terangnya.
Damai pun juga menganalisis makna lain dari pujian tersebut.
Menurutnya, pujian Prabowo tersebut memiliki arti, jika Prabowo terpilih jadi
Presiden di Pilpres 2024, kelak Prabowo juga tidak akan selalu menggunakan UU
untuk sesuatu yang dibutuhkan bangsa dan negara.
Apalagi Prabowo juga
memiliki latar belakang militer. Sehingga bisa jadi akan lebih
"keras" kepemimpinannya atau bentuk negara akan berkesan militerisme
pada kepemimpinannya terhadap rakyat, utamanya terhadap para oposan.
"Paling tidak terasa lebih otoriter tentunya daripada
Jokowi yang orang sipil," pungkas Damai. []