SANCAnews – Ketua Pengurus Besar Nahdlatul
Ulama (PBNU), Marsudi Syuhud, tidak membenarkan tindakan Irjen Napoleon
Bonaparte menganiaya Muhammad Kece atau Kace dengan alasan membela agama. Jika
Irjen Napoleon tak suka Kace menista agama, seharusnya Napoleon mendakwahi
bukan memukul.
"Alasan apa saja, kalau itu untuk berbuat kekerasan terhadap orang lain, itu tidak dibenarkan," kata Marsudi saat dihubungi detikcom, Senin (20/9/2021).
Menurut Marsudi, pendekatan Islam bukanlah pendekatan
kekerasan. Namun, pendekatan dakwah dengan cara damai.
"Itu agama sifatnya hidayah dari Allah. Maka
pendekatannya dengan dakwah, bukan dengan kekerasan. Kalau (perbuatan) alasan
agama, pendekatan dengan dakwah, bukan dengan kekerasan," katanya.
Jika ada orang yang berbuat salah dan melenceng dari agama,
maka seharusnya tidak boleh dikasari. "Didakwahi, diajarkan, karena agama
itu hidayah," katanya.
M Kace dihajar oleh sesama tahanan Bareskrim Polri. Pelaku
penganiayaan itu tak lain adalah Napoleon Bonaparte. Dalam surat terbuka yang
dibagikan oleh kuasa hukumnya, Haposan Batubara, terdakwa kasus suap itu
mengakui perbuatannya.
Dalam suratnya itu, dia mengaku sebagai seorang muslim dan
lahir dari seorang muslim. Napoleon yang telah divonis 4 tahun karena korupsi
itu, mengaku dibesarkan dalam ketaatan beragama.
Karena dasar agama tersebut, Irjen Napoleon tidak mau
agamanya dihina. Dia pun menyebut siap menjalani konsekuensi dari tindakannya
tersebut.
"Siapa pun bisa menghina saya, tapi tidak terhadap
Allahku, AlQuran, Rasulullah SAW dan akidah Islamku, karenanya saya bersumpah
akan melakukan tindakan terukur apapun kepada siapa saja yang berani melakukannya,"
ungkap Napoleon dalam surat terbukanya, Minggu (19/9/2021).
"Saya sangat menyayangkan bahwa sampai saat ini
pemerintah belum juga menghapus semua konten di media, yang telah dibuat dan
dipublikasikan oleh manusia-manusia tak beradab itu," imbuhnya. [ ]