SANCAnews – Mantan petinggi Polri Brigjen
(Purn) Anton Tabah Digdoyo menyebut nama Ade Armando, Abu Janda dan Jozeph Paul
Zhang. Penyebutan terkait kasus Irjen Napoleon Bonaparte.
Redaksi sengaja meminta tanggapan kepada mantan petinggi
Polri Brigadir Jenderal (Purn) Anton Tabah Digdoyo, via telepon Senin petang
(21/9).
Brigjen Purn Anton pun sepakat dengan Irjen Napoleon
Bonaparte bahwa di era Presiden Jokowi banyak kasus penistaan agama, terutama
terhadap agama Islam. Tapi umat mengeluh karena banyak kasus tersebut yang
tidak diproses hukum.
Mantan Jenderal Anton yang juga Anggota Dewan Pakar Ikatan
Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) ini heran dengan maraknya kasus penistaan
agama yang terjadi pada era Jokowi ini. Mulai dari kasus Ade Armando, Abu
Janda, Jozeph Paul Zhang, dll.
Terbaru kasus M Kece ini. Untuk kasus Ade Armando, Abu Janda,
dan Jozeph Paul Zhang, semuanya seperti ada pembiaran.
“Kondisinya mirip tahun 60-an ketika PKI berkuasa,” ujar
Anton Tabah.
Di Indonesia sendiri, lanjut Anton, UU penistaan agama sangat
keras bagi siapapun yang melakukan penistaan agama.
Bahkan dikategorikan dengan kejahatan sangat serius, karena
sangat berpotensi menimbulkan konflik sosial luas.
“Kasus penistaan agama masuk crime index karena derajat
keresahan sosialnya sangat tinggi,” jelas Anton.
Anton lalu menyoroti kerjasama antara Indonesia dengan
Pemerintah Komunis China. Menurut penilaiannya, tiap kerjasama dengan China,
bangsa Indonesia justru selalu merugi.
Herannya, meski dinilai merugi namun Jokowi tetap menjalin
kerjasama dengan China, yang tak pernah dilakukan sejak era 2 presiden
sebelumnya.
“Belajar dari pengalaman tersebut, maka RI dilarang buka
kerjasama dengan negara-negara komunis termasuk China. Cukup jalin hubungan
diplomatik saja,” jelasnya.
“Taati KUHP Pasal 107e,” jelasnya lagi.
Seperti diketahui, murkanya Irjen Polisi Napoleon Bonaparte
terhadap pelaku penista agama Islam, M Kece, tengah jadi sorotan masyarakat.
Tak hanya dipukuli, wajah dan tubuh M Kece juga dilumuri
kotoran di dalam sel tahanan Mabes Polri.
Sang Jenderal tegas menyatakan, ia murka karena M Kece telah
menghina Allah, Nabi, dan Islam. Jenderal bintang dua itu pun menegaskan siap
bertanggung jawab atas tindakan tersebut. (pojoksatu)