SANCAnews – Mantan Kepala Dinas Badan Pemberdayaan Masyarakat dan
Keluarga Berencana (Bapermas dan KB) Kota Solo Hasta Gunawan mengungkapkan
curahan hatinya pernah diperas oknum diduga dari Kejaksaan Tinggi (Kejati)
Jateng di Semarang.
Peristiwa itu terjadi pada 2013 lalu, saat dia menjadi saksi
dugaan korupsi pengadaan tanah di Mojosongo.
Pengalaman itu dituliskan oleh Hasta Gunawan melalui akun
Facebook pribadinya dua hari yang lalu. Saking panjangnya curahan hatinya,
Hasta sampai memberikan judul di setiap bagian tulisannya yakni Unforgetable
story (bagian 1-4).
"dipanggil jaksa tindak pidana korupsi (tipikor) di
kejakti Semarang merupakan mimpi buruk sepanjang pengabdianku, thn 2013 ketika
saya menjabat Ka DKP....dipanggil sbgai saksi atas dugaan korupsi thn 2012 di
Badan pemberdayaan Masyarakat pemberdayaan perempuan perlundungan anak dan
Keluarga berencana( Bapermas pp pa dan kb)," demikian salah satu kutipan
dalam postingan Hasta itu.
Saat dihubungi, Hasta mempersilakan postingannya itu dikutip.
Hasta mengaku memang sengaja menuliskan pengalamannya itu.Saat kasus korupsi
itu diusut Hasta menjabat sebagai Kepala Dinas Badan Pemberdayaan Masyarakat
dan Keluarga Berencana (Bapermas dan KB) Kota Solo pada era Joko Widodo menjadi
Wali Kota.
"Ya tidak apa-apa, itu hanya mengganjal saja dulu setelah selesai kasusnya jadi bermusuhan dengan teman-teman. Setelah sudah selesai semua mengaku pernah dimintai uang," kata Hasta saat dihubungi detikcom, Kamis (2/9/2021).
Hasta menyebut permintaan uang itu tidak dia gubris. Sebab
dia memiliki prinsip lebih baik memberikan uang kepada fakir miskin.
"Saya kan punya prinsip, saya orang organisasi anak buah
saya kan banyak. Kalau uang diberikan orang kan tidak bisa," ucapnya.
Kasus dugaan korupsi tanah di Mojosongo itu mulai diusut pada
2012 silam. Sedangkan Hasta yang menjabat sebagai Kepala Bapermas dan KB
dipanggil menjadi saksi di Kejati Jateng pada tahun 2013.
"Maksud saya dari tulisan saya adalah cerita asli saya.
Agar pimpinan penegak hukum itu memperhatikan anak buahnya," harapnya.
Hasta mengungkap permintaan uang oleh oknum jaksa tersebut
dilakukan secara terang-terangan. Salah satunya ketika ada oknum Kejati Jateng
yang hendak ke Pacitan dan sempat memintai 'uang saku'.
"Itu vulgar, pernah menunggu di Nonongan Jalan Gatot
Subroto (Solo) dimintai uang di situ dia berhenti di sana keluar. Aku sama
anake bosku mau ke Pacitan mana uangnya," kenang Hasta.
"Saya tidak mau memberikan, ora sudi (tidak sudi), ora
ngajak kekancan (tidak mengajak berteman)," tegas Hasta.
Hasta mengungkap peristiwa itu membuatnya stres berat selama
berbulan-bulan. Meski dia tidak pernah menanggapi permintaan uang, tetapi
ancaman terus datang kepadanya.
"Sampai kasus selesai saya tidak memberi uang, tapi
stres berat saya. Karena saya melawan, untuk pembelajaran bagi penegak hukum ke
depan, jangan takut dikompasi-kompasi," urainya. []