SANCAnews – Penerapan PPKM Darurat yang
kemudian dilanjutkan dengan PPKM Level 1 sampai 4 dinilai memberi hasil yang
cukup signifikan. Saat ini, kasus Covid-19 secara nasional cenderung turun,
termasuk tingkat hunian di rumah sakit serta tingkat kematian.
Namun, bukan berarti ancaman telah hilang. Pasalnya
kemunculan varian baru, yaitu varian Mu yang dikhawatirkan bisa lebih
menyiasati vaksin, harus seger diwaspadai.
Untuk lebih memahami varian baru ini memang masih dibutuhkan
penelitian lebih lanjut. Tapi bukan berarti bisa dipandang sepele.
Dituturkan anggota DPD RI Fahira Idris, agar situasi wabah
yang sudah mulai membaik tetap terjaga, harus segera diformulasikan dan
diterapkan strategi mencegah masuknya varian Mu ke Indonesia.
Menurut Fahira, yensi penanganan Covid-19 yang mulai agak
menurun adalah momentum yang sangat baik bagi Pemerintah untuk lebih fokus
memformulasikan strategi yang komprehensif mencegah semaksimal mungkin masuknya
varian Mu.
Selain itu, yang juga penting adalah menyusun skenario yang
efektif jika varian ini berhasil masuk ke Indonesia untuk mencegah terjadi
lonjakan kasus seperti yang baru saja dialami Indonesia akibat varian Delta.
“Jangan sampai kita kecolongan lagi seperti varian Delta yang
mengakibatkan lonjakan kasus yang tinggi. Hemat saya, lonjakan kasus kemarin
jadi pelajaran berharga baik bagi Pemerintah maupun masyarakat untuk siap dalam
mencegah masuknya varian Mu ini. Pintu-pintu masuk harus menjadi saringan atau
filter yang paling efektif mencegah masuknya varian Mu ini," ujar Fahira
Idris di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (9/9).
"Artinya pintu masuk internasional terutama udara dan
laut harus diperketat sejak sekarang. Sekali lagi kita harus belajar dari
masuknya varian Delta yang mengakibatkan Indonesia mengalami gelombang kedua,”
sambung Senator Jakarta ini.
Menurut Fahira, walau kasus saat ini sudah mulai turun dan
program vaksinasi sudah berjalan tetapi belum saatnya bereuforia. Banyak negara
yang merasa sudah aman melonggarkan aturan pembatasan bahkan melepaskan
kewajiban memakai masker, kini mengalami lonjakan kasus.
Turunnya kasus juga bukan berarti tes dan lacak juga turun,
justru harus lebih dioptimalkan agar positivity rate bisa turun hingga di bawah
5 persen sesuai standar WHO.
“Intinya adalah jangan sampai terjadi lagi lonjakan kasus
seperti Juli kemarin yang mengakibatkan rumah sakit dan nakes kewalahan,
tingkat kematian naik, serta menimbulkan berbagai dampak misalnya kelangkaan
oksigen. Jangan sampai turunnya kasus kasus positif saat ini membuat kita
terlena apalagi euforia. Saya harap kita semua terutama para pengambil
kebijakan dan pemangku kepentingan mengedepankan sikap waspada dan
antisipatif,” tandas Fahira Idris.
Dalam laporan epidemiologinya, organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) telah menambahkan varian Mu atau B.1.621 dalam kategori varian baru yang
jadi perhatian (variant of concern).
Varian tersebut disebut memiliki mutasi yang menunjukkan
risiko resistensi terhadap vaksin, dan menekankan bahwa penelitian lebih lanjut
diperlukan untuk lebih memahaminya.
Varian yang awalnya ditemukan di Kolombia pada awal tahun
saat ini telah dilaporkan di beberapa bagian Amerika Selatan dan Eropa. WHO
mengatakan, prevalensi globalnya telah menurun hingga di bawah 0,1, tetapi di
Kolombia mencapai 39 persen dan Ekuador 13 persen dengan tren meningkat. (rmol)