SANCAnews – Panglima Komando Cadangan Strategis
Angkatan Darat (Pangkostrad) Letjen TNI Dudung Abdurachman mengajak prajuritnya
untuk tidak fanatik berlebihan terhadap agama. Menag Yaqut Cholil Qoumas
mengapresiasi sikap Dudung. Begitu juga dengan Badan Pembinaan Ideologi
Pancasila (BPIP) yang menilai sikap inklusif seperti Dudung ini perlu dimiliki
pemimpin Indonesia di berbagai level.
"Pemimpin Indonesia harus seperti itu," kata Staf
Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP, Antonius Benny Susetyo, kepada wartawan,
Selasa (14/9/2021).
Dia menilai Dudung punya sikap inklusif. Menurut Benny,
istilah 'inklusif' melampaui kata 'toleransi'. Dalam beragama, semua warga
Indonesia harus menghargai perbedaan karena warga Indonesia bersaudara.
"Dudung hanya menyatakan bahwa beragama di Indonesia
harus inklusif, meski beda keyakinan tapi kita bisa hidup bersama. Ini sejalan
dengan yang selalu dikatakan Menteri Agama, yakni soal moderasi beragama di
Indonesia," kata Benny.
Semua agama punya nilai luhur. Itu harus dihormati semua
orang. Prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa juga memuat nilai-nilai universal yang
baik bagi semua orang, tidak hanya bagi sebagian orang.
Meski demikian, Benny menekankan pernyataan Dudung harus
ditempatkan sesuai konteks dia berbicara. Dudung sedang berbicara di depan
prajuritnya, bukan di forum lain. Publik perlu memahami konteks ini.
"Pangkostrad ingin menegakkan kembali Sapta Marga,
menggairahkan nilai-nilai keagamaan universal yang berpihak pada kemanusiaan,
tidak membeda-bedakan suku dan agama karena kita bersaudara," kata dia.
Sapta Marga adalah pedoman hidup prajurit TNI. Sapta Marga
terdiri dari tujuh poin. Yang pertama adalah pernyataan diri sebagai warga
negara bersendikan Pancasila, selanjutnya ada pernyataan mendukung ideologi
negara, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, hingga menepati janji serta Sumpah
Prajurit.
Pernyataan Dudung
Pangkostrad Dudung berbicara di Batalyon Zipur 9 Kostrad,
Ujungberung, Bandung, Senin (13/9) kemarin. Dia mengingatkan jajarannya tidak
bersikap fanatik terhadap agama.
"Bijaklah dalam bermain media sosial sesuai dengan
aturan yang berlaku bagi prajurit. Hindari fanatik yang berlebihan terhadap
suatu agama. Karena semua agama itu benar di mata Tuhan," kata Dudung,
dikutip detikcom dari keterangan pers Penerangan Kostrad.
Dudung juga mengingatkan prajuritnya selalu bersyukur atas
segala kondisi, terkhusus dalam situasi pandemi COVID-19.
Dia lalu menekankan soal profesional dan proporsional, baik
dalam latihan maupun menerapkan tradisi pembinaan terhadap prajurit baru.
Dudung meminta perilaku yang bersifat kekerasan dihindari oleh prajuritnya.
Tanggapan Menag Yaqut
Menag Yaqut Cholil Qoumas menyatakan sepakat dengan Letjen
Dudung. Kata Yaqut, segala sesuatu yang berlebihan adalah tidak baik.
"Semua yang berlebihan kan tidak baik," kata Yaqut kepada detikcom, Selasa (14/9/2021).
Fanatisme terhadap agama perlu diarahkan ke diri sendiri,
bukan terhadap orang lain. Arah fanatisme ke dalam diri bisa menjadikan
seseorang erat memegang keyakinannya. Namun, fanatisme tidak perlu diarahkan
untuk orang lain yang berbeda keyakinan.
"Fanatik itu seharusnya untuk diri sendiri dan lemah
lembut kepada orang lain, bahkan kepada yang berbeda keyakinan. Jangan dibalik,
fanatik apalagi yang berlebihan diberlakukan untuk orang lain, sementara untuk
diri sendiri malah lunak," tutur Yaqut. []