SANCAnews – Ahmad Solihin (36), warga Kampung Citapen, Desa Sukaratu, Kecamatan Bojongpicung, Cianjur, Jawa Barat, mengalami lumpuh diduga setelah disuntik vaksin Covid-19 dosis kedua. Sebelum lumpuh, warga tersebut muntah-muntah.

 

Namun, sama sekali belum bisa dipastikan, kondisi yang dialami Ahmad Solihin itu akibat vaksin Covid-19 atau bukan. Sebab, untuk memastikannya perlu penelitian dan pemeriksaan lebih lanjut.

 

Ahmad Solihin disuntik vaksin Covid-19 dosis kedua di Puskesmas Bojongpicung pada 8 Juli 2021 lalu. Sehari kemudian, dia mengalami ruam merah di kulit. Tak hanya itu, Ahmad Solihin juga merasakan pusing dan muntah-muntah.

 

Dia kemudian ke Puskesmas Bojong Picung untuk meminta pengobatan. Kembali dari puskesmas, tubuh Ahmad Solihin tidak bisa digerakan.

 

Akhirnya, Ahmad Solihin sempat dirawat di RSUD Sayang Cianjur selama lima hari. Pegawai toko kelontong ini didiagnosis oleh dokter mengalami stroke ringan akibat penyumbatan darah.

 

Setelah lima hari di RSUD, Ahmad Solihin pulang ke rumah dan melakukan rawat jalan. Namun anehnya, muncul benjolan di sebelah kanan tubuhnya, tepatnya di bawah ketiak.

 

Menurut Ahmad Solihin, pada vaksinasi dosis pertama dirinya tidak mengalami gejala apapun. Dia hanya merasakan pegal di bagian lengan.

 

"Namun satu hari setelah divaksin dosis kedua, ada gejala muntah dan keluar ruam merah di kulit, hingga lumpuh," kata Ahmad Solihin, Selasa (24/8/2021).

 

Mirisnya, setelah kembali dari rumah sakit, Ahmad Solihin belum mendapat perhatian dari pemerintah daerah, baik kontrol medis dari puskesmas maupun dinas kesehatan.

 

Ahmad Solihin kini hanya berharap bisa kembali sembuh seperti sedia kala, mengingat dirinya harus menafkahi istri dan kedua anaknya yang masih kecil.

 

Sementara itu, Dinas Kesehatan (Dinkes) Cianjur telah berupaya memberikan pengobatan dan perawatan kepada Ahmad Solihin. Dinkes Cianjur mendiagnosa awal Ahmad Solihin terkena stroke.

 

"Namun kami belum bisa memastikan yang dialami Ahmad Solihin ini KIPI (Kejadian Ikutan Pascaimunisasi) atau bukan," kata Juru Bicara Penanganan Covid-19 Cianjur dokter Yusman Faisal.

 

Untuk ditetapkan kejadian yang dialami Ahmad Solihin sebagai KIPI atau bukan, ujar dokter Yusman, tengah berproses. Dinkes Cianjur telah melaporkan kejadian ini ke Komisi Daerah (Komda) KIPI Jabar dan Komisi Nasional (Komnas) KIPI.

 

"Rumah sakit yang merawat pasien dan dinkes telah membuat laporan ke Komda KIPI Jabar. Prosesnya lumayan panjang karena harus diteliti dulu untuk memastikan yang dialami Ahmad Solihin ini KIPI atau bukan. Kami masih menunggu hasilnya," ujarnya.

 

Jubir Penanganan Covid-19 Cianjur berharap hasil penelitian dan kesimpulan Komnas KIPI segera keluar dan akan disampaikan kepada masyarakat agar permasalahan ini segera selesai, tak berlarut-larut.

 

"Kami berharap permasalahan ini segera selesai agar tidak muncul sikap di masyarakat tidak mendukung vaksinasi Covid-19 akibat kejadian ini," tutur Jubir Penanganan Covid-19 Cianjur.

 

Menurut dokter Yusman, yang dialami Ahmad Solihin bisa terjadi kemungkinan karena memiliki kelainan sebelum dilakukan vaksinasi. Jadi memang harus ada keterbukaan dari kedua belah pihak, baik vaksinator maupun warga penerima vaksin.

 

"Warga penerima vaksin harus menyampaikan semua keluhan dan penyakit yang diderita. Petugas kesehatan (vaksinator) juga harus lebih teliti lagi. Kalau petugas kesehatan sudah dibekali instrumen untuk wawancara terkait kronologi atau riwayat penyakit seseorang sebelum dilakukan vaksinasi," ucap dokter Yusman. (inews)


Label:

SN

{picture#} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {twitter#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}
Diberdayakan oleh Blogger.