SANCAnews – Survei Indikator menemukan terjadi
penurunan kepuasan terhadap kinerja pemerintah. Di mana penurunan kepercayaan
ini terjadi pada kalangan milenial. Selain itu di lokasi basis massa pendukung
Prabowo-Sandiaga saat Pilpres 2019 juga dominan tidak puas terhadap pemerintah.
Untuk usia di bawah 21 tahun (58,2 persen puas dan 41,8
persen tidak puas), 22-25 tahun (55,3 persen puas dan 38,2 persen tidak puas),
26-40 tahun (56,9 persen puas dan 41,9 persen tidak puas), 41-55 tahun (61,6
persen puas dan 37,2 persen tidak puas), di atas 55 tahun (66,2 persen puas dan
30,1 persen tidak puas).
Secara agama, terjadi penurunan kepuasan terhadap pemerintah
dari penganut agama Islam, di mana 56,2 persen merasa puas dan 42,4 persen
tidak puas. Sedangkan untuk agama lain, 81 persen merasa puas dan 12 persen
tidak puas.
Dalam survei yang dilakukan pada 30 Juli-4 Agustus 2021 ini,
97,2 persen etnis Minang tidak puas dengan kinerja pemerintah dan hanya 2,8
persen yang puas. Sementara itu Melayu (47,2 persen puas dan 52,8 persen tidak
puas), Jawa (96,5 persen puas dan 29,7 persen tidak puas), Sunda (45,9 persen
puas dan 50,9 persen tidak puas), Batak (71,7 persen puas dan 28,3 persen tidak
puas), Madura (67 persen puas dan 33 persen tidak puas), Betawi (57,7 persen
puas dan 40,9 persen tidak puas), Bugis (54,6 persen puas dan 40,4 persen tidak
puas) dan lainnya (56,4 persen puas dan 39,1 persen tidak puas).
Sedangkan secara basis partai pendukung pasangan Prabowo
Subianto-Sandiaga Uno menunjukkan ketidakpuasan terhadap pemerintah. Gerindra
(39,4 persen puas dan 59,1 persen tidak puas), PKS (18 persen puas dan 80,1
persen tidak puas), PAN (38,8 persen puas dan 58,3 persen tidak puas) dan
Demokrat (43,9 persen puas dan 54,6 persen tidak puas).
Populasi survei yang dilakukan Indikator adalah seluruh warga
negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang
sudah berumur 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan.
Penarikan sampel menggunakan metode multistage random
sampling. Dalam survei ini jumlah sampel sebanyak 1.220 orang.
Dengan asumsi metode simple random sampling, ukuran sampel
1.220 responden memiliki toleransi kesalahan (margin of error--MoE) sekitar
±2.9% pada tingkat kepercayaan 95%. Sampel berasal dari seluruh provinsi yang
terdistribusi secara proporsional.
Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih. Quality control terhadap hasil wawancara dilakukan secara random sebesar 20% dari total sampel oleh supervisor dengan kembali mendatangi responden terpilih (spot check). Dalam quality control tidak ditemukan kesalahan berarti. (merdeka)