SANCAnews – Wakil Sekretaris Jenderal
(Wasekjen) Persaudaraan Alumni PA 212, Novel Bamukmin mengaku setuju dengan
pernyataan Kiai Ahmad Bahaudin Nursalim atau Gus Baha mengenai Indonesia bukan
milik PDIP atau Soekarnoisme saja.
Sebelumnya, Gus Baha menyampaikan penjelasan tentang adanya
orang-orang yang pro dengan Megawati mendewakan Soekarno dalam ceramahnya.
Diketahui, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDIP
selalu menggaungkan faham Soekarnoisme. Hal itu karena sang Ketua Umum Megawati
Soekarnoputri merupakan anak dari proklamator.
Dikutip dari Suara.com, faham Soekarnoisme dinilai sebagai
sosok yang menjadikan Indonesia merdeka. Hingga PDIP sangat menggaungkan
nasionalisme dengan kekuasaannya. Ceramah Gus Baha itu pun menjadi viral di
jejaring media sosial.
Dalam video yang beredar, Gus Baha menyatakan Indonesia
sendiri bukan milik PDIP atau Soekarnoisme saja, tetapi untuk semuanya, karena
ulama Islam juga terlibat dalam Kemerdekaan Indonesia.
“Orang yang pro Megawati itu begitu mendewa-dewakan Soekarno
seakan-akan Indonesia itu dimulai dari Bung Karno, sampai ada hal
Soekarnoisme,” kata Gus Baha dalam video yang beredar.
Gus Baha membenarkan bahwa Soekarno merupakan deklarator
kemerdekaan Indonesia. Akan tetapi kata Gus Baha, umat Islam atau partai-partai
Islam tidak kecil hati karena embrio yang bernama Indonesia ada pada 1908,
sebelum adanya partai nasionalis yang berani melawan kolonialisme Belanda.
Bahkan kata Gus Baha, pertama kali yang mencetus ide melawan
Belanda adalah Kiai Islam, yaitu dengan membuat Serikat dagang Islam yang
berubah menjadi serikat Islam dan menjadi Partai Islam.
“Ya kita tidak mungkin tidak hormati Soekarno, beliau sebagai
pahlawan besar kita hormati, tapi kebesaran Pak Karno demi bangsa Indonesia
jangan kemudian direduksi, disederhanakan hanya melewati partai. Itu kan
namanya pengkerdilan. Tentu Pak Karno bikin negara ini ya untuk semua bangsa,
bukan untuk PDIP saja, bukan untuk partai-partai marhaenisme saja, juga bukan
partai-partai yang berpaham Soekarnoisme saja,” pungkas Gus Baha.
“Benar sekali apa yang diucapkan Gus Baha, justru karena itu
PDIP harus dibubarkan karena sudah sangat berbahaya untuk keutuhan bangsa serta
mengancam ideologis bangsa,” ujar Novel, Minggu (22/8/2021).
Hal lain yang menjadi perhatian Novel yakni peringatan hari
lahir pancasila tanggal 1 Juni, seharusnya tidak menjadi peringatan nasional
karena ada keinginan dijadikan sebagai Soekarnoisme.
“Dan tanggal 1 Juni dijadikan sebagai hari lahir Pancasila
sebagai pembodohan dan pendangkalan. Akidah serta mengarah kepada nasakom
karena sejatinya Pancasila adalah rumusan ulama dan warisan ulama dan Pancasila
18 Agustus 1945 lah yang sah dengan dijiwai Pancasila 22 Juni 1945,” jelas
Novel.
Novel pun memberikan alasan PDIP harus dibubarkan. Yaitu
karena PDIP dianggap sebagai inisiator RUU Haluan Ideologi Pancasila (HI) yang
ingin mengganti Pancasila dengan Eka Sila dan juga dianggap ingin menghapus Tap
MPRS 25/1966 tentang larangan komunisme, Marxisme dan Leninisme.
“Makanya PDIP harus dibubarkan bukan malah mengusung Puan dan
Ganjar karena diduga terlibat kasus korupsi e-ktp dan juga bansos dan malah
Puan memajang baliho di saat rakyat pedih atas wabah corona yang telah membuat
susah karena pemerintah gagal mengatasi corona sampai yang meninggal adalah
paling terbesar di dunia,” terang Novel.
“Malah pemerintah bukan sibuk urus corona justru bansos
corona dikorupsi justru pemerintah malah sibuk kriminalisasi ulama dengan dalil
corona padahal pelanggaran prokes dilakukan Jokowi dan anaknya dan Jokowi juga
gak minta maaf atas kurang lebih 120 ribu yang wafat,” pungkas Novel. []