SANCAnews – Tanda-tanda ketidakpuasan publik terhadap pemerintahan
Presiden Joko Widodo (Jokowi) semakin meluas, khususnya di kalangan anak muda
perkotaan.
Hal itu antara lain ditandai dengan maraknya mural bernada
protes terhadap rezim Jokowi di berbagai daerah hingga merambah ke kota.
Begitu kata Direktur Eksekutif Lingkar Madani (LIMA)
Indonesia, Ray Rangkuti saat berbincang dengan Kantor Berita Politik RMOL,
Jumat petang (27/8).
"Survei terakhir memperlihatkan ketidakpuasan itu kini
mendekati angka 45 persen. Sedikit lagi akan ke angka psikologis," kata
Ray Rangkuti.
Menurutnya, banyak hal yang menyebabkan ketidakpuasan
tersebut. Selain Covid-19 sebagai pintu masuk utamanya, penanganan pemerintah
dalam hal-hal prinsipil bangsa ini juga mengecewakan.
Diuraikan aktvis 98' jebolan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini, seperti penghormatan atas HAM, mundurnya pemberantasan korupsi, hingga kebebasan berpendapat yang makin sempit. Banyak contoh pembungkaman kebebasan yang terjadi dewasa ini.
"Prinsip berbangsa yang makin mundur dibarengi
ketidakjelasan penanganan Covid-19, ditambah sikap cuek politisi pendukung
pemerintah yang masih sempat menabur baliho diri di tengah situasi seperti
ini," sesalnya.
"Bukan saja menimbulkan kecemasan menghadapi situasi,
juga perasaan diabaikan," imbuhnya menegaskan.
Sialnya lagi, kata Ray Rangkuti, keluhan publik yang seperti
mural yang marak di beberapa daerah malah ditanggapi dengan pendekatan hukum.
"Jelas, tindakan ini makin membuat perasaan terhimpit
itu makin membesar," pungkasnya.
Fenomena mural bernada kritik terhadap rezim Jokowi semakin
marak terjadi belakangan ini. Bahkan, mural merambah tidak hanya di
daerah-daerah, melainkan sudah merambah ke perkotaan.
Teranyar, mural bertuliskan "Jokowi Gagal!"
didapati ada di kawasan Taman Ismail Marzuki (TIM). Pada malam hari mural itu
dibuat tetapi pagi harinya malah dihapus paksa oleh aparat.
"Jokowi gagal!! Cuma di era ini koruptor happy selfi,"
demikian tulisan yang dibubuhi pada mural tersebut.
Dalam mural tersebut, terlihat seseorang berbadan tambun
mengenakan rompi oranye khas tahanan KPK. Ia tampak berpose salam dua jari di
tangan kanan. Sedangkan tangan kirinya dimasukkan di kantong celana sebelah
kiri.
Di depan sosok pemakai rompi KPK, ada dua orang yang sedang
memotret tahanan KPK itu. Satu orang memotret menggunakan ponsel, sedangkan
satu orang lagi memotret dengan kamera.
Keberadaan mural tersebut juga diinformasikan dan diunggah dalam
akun Youtube Dompax RedFlag dengan judul "Mural record umur terpendek.
Bikinnya dari jam 12 dini hari, pagi jam 06.40 WIB dihapus paksa". []