SANCAnews – Tindakan aparat pemerintah
terhadap para aktor pembuat mural bernada kritikan pada pemerintah dinilai
berlebihan.
Aparat pemerintah menghapus mural dilakukan di di Kawasan
Batuceper, Kota Tangerang, Banten yakni mural wajah mirip Presiden Joko Widodo
bertulis “404: Not Found.
Selain itu juga terjadi di Bangil Pasuran, Jawa Timur mural
tulisan "Dipaksa sehat di negara yang sakit" dihapus oleh aparat
Satpol PP Pemkab setempat.
Direktur Democracy and Electoral Empowerment Partnership
(DEEP) Indonesia, Neni Nur Hayati, sikap pemerintah belakangan ini nampak
berlebihan. Dikataka Neni, mural bernada kritik itu seharusnya menjadi bahan
evaluasi pemerintah.
Tindakan aparat pemerintah belakangan ini menurut Neni
mengindikasikan rezim pemerintahan Joko Widodo mengarah ke otoriter. Apalagi,
konstitusi menjamnin setiap warga negara untuk mengekspresikan kritik publik.
"Tidak perlu direspons berlebihan. Mestinya menjadi
bahan intropeksi refleksi dan evaluasi. Karakter rezim yang otoriter sehingga
hukum jadi represif," demikian pendapat Neni saat berbincang dengan Kantor
Berita politik RMOL, Senin malam (16/8).
Dalam pandangan Neni, saat ini ada semacam hambatan dalam
pola menyampaikan pendapat dan berekspresi di muka umum. Neni bahkan
menyebutkan hambatan terjadi secara
terstuktur, sistematis dan massif.
Ia mengaku khawatir, masa depan demokrasi Indonesia akan
mengalami penurunan signifikan, jika pemerintahan di era Joko Widodo tidak
melakukan perubahan.
Neni meyakini, berbagai tindakan aparat di berbagai lokasi
itu ada aktor bermain yang sengaja menghentikan segala bentuk ekspresi publik.
"Saya jadi khawatir akan masa depan demokrasi indonesia
yang semakin redup dan menurun akibat adanya otoritarianisme yang makin
kuat," pungkas Neni.
Selain di Batuceper dan Bangil Pasuruan, pembuat Mural Tuhan
Aku Lapar di Tigaraksa, Kabupaten Tangerang, Banten juga mengaku didatangi oleh
polisi.
Seniman bernama Deka sike itu mengaku tertekan usai didatangi
oleh aparat kepolisian.
Padahal Deka membuat mural itu karena memang mengekspresikan
bahwa saat ini kondisinya lapar dan mengadu pada tuhan.
"Ini adalah cara kami mengekspresikan sesuatu yang kami rasakan, Tuhan Aku Lapar adalah aduan dan keluhan kami pada sang Pencipta," kata Deka. []