SANCAnews – Unjukrasa sejumlah orang terkait pembangunan Masjid At-Tabayyun di Taman Villa Meruya (TVM), ternyata berbuntut panjang. Bukan hanya karena bunyi poster dan spanduk yang dibentangkan saat berlangsung peletakan batu pertama pembangunan masjid tersebut oleh Gubernur DKI Jakarta, tapi juga karena adanya kata-kata bernada ejekan terhadap umat Islam yang beredar di grup WA warga TVM.
Atas sikap intoleran dan kata-kata bernada ejekan warga TVM
itu, reaksi keras muncul dari tokoh Tionghoa, Lieus Sungkharisma.
“Sebagai orang Tionghoa, saya menyayangkan sikap warga
Tionghoa di TVM. Sebab ini bukan cuma soal bunyi spanduk dan poster-poster
penolakan itu. Atau juga kata-kata bernada provokatif dan ejekan seperti
Kadrun, Gakbener, dll yang beredar di grup WA warga TVM itu. Tapi ini sudah
menyangkut etika orang Tionghoa,” kata Lieus.
Menurut Lieus, sejatinya orang Tionghoa itu sangat menjaga
etika dalam kehidupan bermasyarakat. “Tidak pernah ada sejarahnya orang
Tionghoa di Indonesia yang menolak pembangunan rumah ibadah umat agama lain,”
tegasnya.
Karena itulah Lieus sangat menyesalkan dan tidak bisa
mengerti kenapa ada sekelompok warga Tionghoa di TVM yang berunjukrasa dan
menolak pembangunan masjid di tempat itu.
“Meski warga Tionghoa di TVM mayoritas, tidak berarti warga
muslim yang minoritas tak boleh membangun rumah ibadahnya di situ. Apalagi
mereka sudah mengantongi ijin dari FKUB dan dari Pemprop DKI,” kata Lieus.
“Saya khawatir sikap warga Tionghoa itu ada yang mensponsorinya,” tambah Lieus.
Seperti diketahui, Masjid At Tabayyun dibangun di atas area
fasos seluas 1.078 meter persegi milik Pemprov DKI di kompleks TVM. Pembangunan
Masjid sepenuhnya dibiayai swadaya warga muslim di kompleks dan menelan biaya
sekitar Rp 10 miliar.
Masjid itulah yang pada Jum’at (27/8), dilakukan peletakan
batu pertama pembangunannya oleh Gubernur DKI,
Anies Baswedan. Namun di saat acara berlangsung, sekelompok orang yang
mengatasnamakan warga TVM berunjukrasa dengan membentangkan spanduk dan poster.
Uniknya, usai berunjukrasa, sekelompok warga itu malah minta
foto bareng gubernur. Hebatnya lagi, Anies malah dengan ramah melayani
permintaan pengunjukrasa itu.
“Terus terang saya puji sikap pak Anies yang terbuka dan tak
diskrimatif itu. Seharusnya dengan sikap gubernur yang seperti itu warga TVM meminta waktu untuk berdialog
dengan pak Anies. Bukan malah menyebarkan kata-kata Gakbener atau Kadrun di
grup WA-nya,” kata Lieus.
Apalagi, tambah Lieus, secara hukum pembangunan masjid itu
tidak bermasalah. “Kalau hanya karena lokasi atau masalah teknis lainnya, kan
bisa dibicarakan baik-baik saja. Tak perlu sampai berunjukrasa yang menimbulkan
kesan orang-orang Tionghoa sekarang makin ngelunjak,” kata Lieus.
Sebab, kata Lieus lagi, apapun alasannya, unjukrasa penolakan
sekelompok orang Tionghoa atas pembangunan masjid di TVM itu akan berimplikasi
luas terhadap orang Tionghoa lainnya.
“Ini akan semakin menguatkan anggapan bahwa orang Tionghoa
itu eksklusif, arogan, tidak toleran dan tak mau membaur. Anggapan seperti akan
membahayakan bagi orang-orang Tionghoa lain di luar TVM,” kata Lieus.
Karena itulah Lieus meminta warga Tionghoa di TVM untuk lebih
mengutamakan dialog ketimbang mengedepankan ego pribadi, apalagi sampai
mengeluarkan kata-kata yang menyinggung perasaan dan berpotensi memicu
perpecahan.
“Cara-cara seperti itu sangat tidak sehat dan tidak sesuai dengan etika orang Tionghoa,” tegas Lieus. (rmol)