SANCAnews – Wacana amandemen UUD 1945 kembali mencuat. Itu setelah Ketua
MPR RI, Bambang Sosesatyo menyinggungnya dalam acara peringatan Hari Konstitusi
dan Ulang Tahun MPR ke-76, Rabu (18/8/2021).
Terlebih, koalisi pemerintah saat ini dengan bergabungnya PAN
hanya membutuhkan 3 kursi DPD RI untuk memuluskan perubahan UUD 1945.
Tokoh Nahdatul Ulama (NU), Umar Hasibuan pun mengingatkan
Presiden Joko Widodo (Jokowi) soal pernyataannya pada akhir tahun 2019 lalu.
Saat itu, Jokowi yang ditanya soal wacana masa jabatan presiden
3 mengatakan pihak yang memunculkan wacana itu hendak mencari muka ke dirinya.
“Sejak awal sudah saya sampaikan bahwa saya produk pemilihan
langsung. Saat itu waktu ada keinginan amandemen, apa jawaban saya? Untuk
urusan haluan negara, jangan melebar ke mana-mana,” kata Jokowi kepada wartawan
di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Senin (2/12/2019).
“Kenyataannya seperti itu kan. Presiden dipilih MPR, presiden
3 periode, presiden satu kali 8 tahun. Seperti yang saya sampaikan. Jadi, lebih
baik tidak usah amendemen,” sambungnya.
Daripada amandemen UUD 1945 melebar, Jokowi meminta lebih
baik berfokus ke tekanan-tekanan eksternal. Jokowi tak langsung menunjuk hidung
pihak yang dia maksud, namun dia menyebut ada yang ingin mencari muka hingga
menjerumuskannya.
“Ada yang ngomong presiden dipilih 3 periode, itu ada 3.
Ingin menampar muka saya, ingin cari muka, padahal saya punya muka. Ketiga
ingin menjerumuskan. Itu saja, sudah saya sampaikan,” ucap Jokowi.
Gus Umar sapaan akrabnya pun berharap, Jokowi masih mengingat
pernyatannya itu. Dan tidak memaksakan kehendak dengan merubah konstitusi
negara.
” Saya berharap @jokowi konsisten menolak amandemen UU ttg
perpanjangan jabatan presiden 3 priode. Semoga,” tulis Gus Umar dengan
menyertakan potongan video konferensi pers Jokowi.
Cuitan Gus Umar itu lantas dikomentari Mantan Sekretaris
Kementerian BUMN, Said Didu.
Dirinya menyinggung kebiasaan buruk pemerintah saat ini. Di
mana ada beberapa kebijakan atau kejadian yang justru berbanding terbalik
dengan rencana atau apa yang diucapkan.
Biasanya yg terjadi/dilakukan adalah sebaliknya. https://t.co/KwmDWCAjgy
— Muhammad Said Didu (@msaid_didu) August 27, 2021