SANCAnews – Laporan majalah The Economist yang
menyebut pelemahan demokrasi Indonesia semakin menambah daftar panjang kritikan
publik kepada pemerintah.
Menurut Direktur Eksekutif Lingkar Madani (LIMA), Ray
Rangkuti, laporan majalah ekonomi dunia itu memang sudah dirasakan di dalam
negeri salam kurun pemerintahan Jokowi di periode kedua.
"Itu terjadi relatif dalam dua tahun terakhir ini,"
kata Ray Rangkuti kepada Kantor Berita Politik RMOL sesaat lalu di Jakarta,
Sabtu (21/8).
Aktivis 98' ini memandang, pemerintahan Presiden Jokowi dalam
dua tahun terakhir seperti sedang mengembalikkan demokrasi ke masa-masa sebelum
reformasi.
"Sungguh di luar nalar, apa yang dibangun dengan susah
payah dalam kurun 20 tahun terakhir ini dalam berdemokrasi, sekarang seperti
ditarik lagi ke masa sebelum reformasi. Dan itu terjadi pada basis prinsipil
dari negara demokratis," sesalnya.
Ray Rangkuti menjelaskan, setidaknya telah terjadi
kemerosotan di bidang perlindungan HAM, kebebasan berserikat dan berpendapat,
gerakan antikorupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang dulu ditolak
habis-habisan saat reformasi 1998.
"Kemudian politik tanpa nepotisme dan oligarki,
desentralisasi menuju kekuasaan yang makin terpusat melalui UU Omnibus Law,
upaya mereformasi institusi polisi, kejaksaan dan birokrasi, tentara yang mulai
banyak terlibat urusan keamanan," tuturnya.
Belum lagi, rencana untuk amandemen UUD 1945 dengan memasukan
Pokok-Pokok Haluan Negara (PPHN) ke dalamnya semakin meningkatkan ancaman
demokrasi Indonesia.
"Seluruh pemerosotan ini sulit dicegah karena memang
sumbernya berasal dari pusat kekuasaan yang ditopang oleh koalisi besar
partai," katanya.
Atas dasar itu, pengamat politik jebolan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta ini meyakini bahwa kemungkinan besarnya, tren pemerosotan
demokrasi ini akan terus berlangsung setidaknya sampai 2024 yang akan datang.
"Jadi, jangan berpikir untuk meningkatkan kualitas
demokrasi kita. Menjaga agar tidak semakin merosot merupakan pekerjaan terbesar
saat ini," tandasnya.
Majalah ekonomi ternama, The Economist menurunkan sebuah
laporan berjudul “Indonesia’s president promised reform. Yet it is he who has
changed”, Jumat (20/8). Artikel tersebut menyebut bahwa Jokowi menjanjikan
reformasi, tapi ada yang berubah di dalam diri presiden.
Di bagian bawah judul itu tertulis kalimat teaser, “Democracy
is increasingly enfeebled under Jokowi” atau bila diartikan dalam bahasa
Indonesia menjadi, “Demokrasi semakin dilemahkan di bawah pemerintahan Jokowi.”
[]