SANCAnews – Menteri Pertahanan Amerika Serikat (Menhan AS),
Lloyd Austin, akan menjadi anggota pertama dari kabinet Presiden Joe Biden yang
mengunjungi kawasan Asia Tenggara pekan ini. Kunjungan ini menekankan
pentingnya AS memperkuat hubungan di kawasan ini sembari menangkal pengaruh
China.
Seperti dilansir Reuters, dikutip detik, Senin (26/7/2021),
AS menempatkan menangkal China sebagai jantung dari kebijakan keamanan nasional
mereka selama bertahun-tahun, dan pemerintahan Biden menyebut persaingan dengan
China sebagai 'ujian geopolitik terbesar' abad ini.
Enam bulan menjabat, negara-negara Asia Tenggara masih
mencari detail soal strategi Biden juga rencana spesifiknya untuk keterlibatan
ekonomi, perdagangan dan militer dengan kawasan Indo-Pasifik.
"Anda akan mendengar saya berbicara banyak soal
kemitraan dan nilai kemitraan," ucap Austin kepada wartawan. "Tujuan
saya adalah memperkuat hubungan," cetusnya.
Austin akan mengunjungi Singapura, Vietnam dan Filipina.
Dalam pidatonya di Singapura pada Selasa (27/7) besok dan dalam pertemuan di
Vietnam dan Filipina, Austin akan membahas perilaku agresif China di Laut China
Selatan dan menekankan pentingnya menjaga kawasan yang lebih luas tetap bebas
dan terbuka.
Kunjungannya ini menyusul kunjungan pertama oleh Wakil
Menteri Luar Negeri AS, Wendy Sherman, ke China pada Minggu (25/7) dan Senin
(26/7) waktu setempat, dan bertepatan dengan kunjungan Menteri Luar Negeri AS,
Antony Blinken, ke India -- mitra penting AS lainnya dalam menangkal China.
Para pakar menilai kunjungan Austin ini penting untuk
memperjelas bahwa Asia Tengah menjadi komponen vital dalam upaya-upaya
pemerintahan Biden.
"Pemerintahan memahami bahwa kawasan ini sangat penting,
jadi itulah bagian besar dari itu: Muncul begitu saja," sebut peneliti
senior untuk Asia Tenggara pada Pusat Kajian Strategis dan Internasional AS
(CSIS), Gregory Poling.
Seorang diplomat Asia, yang enggan disebut namanya, menyebut
pemerintah Biden sekarang tampak mengarahkan fokus lebih tegas terhadap Asia
setelah menangani isu-isu global lainnya, seperti hubungan dengan Rusia dan
Eropa.
Austin seharusnya mengunjungi Asia Tenggara pada Juni lalu,
namun terpaksa ditunda akibat pembatasan ketat virus Corona (COVID-19) di
Singapura.
Sejauh ini, pemerintahan Biden secara luas berusaha
menggalang sekutu dan mitra untuk membentuk semacam front persatuan melawan apa
yang disebutnya sebagai kebijakan ekonomi dan luar negeri China yang semakin
koersif.
Pentagon atau Departemen Pertahanan AS telah menyelesaikan
kajian terbaru untuk kebijakannya terhadap China dan Austin telah merilis memo
arahan internal menyerukan sejumlah inisiatif, namun hanya sedikit yang
diungkap ke publik.
Angkatan Laut AS juga tetap melakukan operasi kebebasan
navigasi di Laut China Selatan dan di dekat Taiwan dalam pola yang stabil,
namun ini hanya berdampak kecil dalam menangkal pengaruh China.
Malaysia, Vietnam, Filipina, Brunei dan Taiwan semuanya
melawan China dalam mengklaim wilayah masing-masing di Laut China Selatan dan
sebagian besar menyambut kehadiran AS dalam menghadapi militerisasi China dan
aktivitas armada penjaga panting serta nelayan China.
Abraham Denmark yang merupakan mantan deputi asisten Menteri
Luar Negeri untuk Asia Timur menyebut AS 'semua hal yang benar soal persaingan'
dengan China, tapi pertanyaannya sekarang adalah bagaimana AS bisa
'menerjemahkan kata-kata ke dalam tindakan dan investasi'. []