SANCAnews – Ada banyak penelitian dan riset yang menyebutkan
kota Jakarta terancam tenggelam dalam beberapa tahun ke depan. Salah satu yang
menarik perhatian akhir-akhir ini adalah riset dari Badan Penerbangan dan
Antariksa Amerika Serikat (National Aeronautics and Space Administration/NASA).
NASA menyatakan wilayah Jakarta beserta pulau reklamasi masuk
dalam kota pesisir yang terancam tenggelam oleh banyak faktor. Meningkatnya
permukaan air laut dampak pemanasan global dan pencairan lapisan es menjadi
salah satu utamanya.
Khusus untuk Jakarta, NASA mengkritik pemompaan air tanah
secara luas akan menyebabkan wilayah kota akan cepat tenggelam. Menurut
beberapa perkiraan, sebanyak 40 persen wilayah kota Jakarta sekarang berada di
bawah permukaan laut.
"Sejak awal banjir telah menjadi masalah kota Jakarta.
Di mana Jakarta terletak di sepanjang beberapa sungai dataran rendah yang
meluap selama musim hujan. Dalam beberapa dekade terakhir, masalah banjir
semakin memburuk, sebagian didorong oleh pemompaan air tanah secara luas,"
tulis Adam Voiland, seorang ilmuwan dan juga penulis sains di NASA Earth
Observatory.
Analisis NASA, sejak tahun 1990, banjir besar telah terjadi
setiap beberapa tahun di Jakarta, dengan puluhan ribu orang sering mengungsi.
Musim hujan pada tahun 2007 membawa banjir yang sangat merusak, dengan lebih
dari 70 persen kota terendam.
NASA juga menampilkan dua foto satelit kota Jakarta yang
diambil dengan jarak waktu yang berbeda. Foto pertama diambil pada tahun 1990
dan kedua tahun 2019. Dalam foto dari NASA itu menampilkan wajah Jakarta selama
satu dekade belakangan.
Dokumen foto itu menjadi bukti perubahan penggunaan lahan dan
pertumbuhan penduduk telah memperburuk masalah kota Jakarta. Dengan populasi
wilayah kota lebih dari dua kali lipat antara tahun 1990 dan 2020, lebih banyak
orang memadati dataran banjir yang berisiko tinggi.
Selain itu, banyak saluran sungai dan kanal yang menyempit
atau tersumbat secara berkala oleh sedimen dan sampah, sehingga sangat rentan
terhadap luapan air.
Pulau reklamasi Jakarta tak terhindar risiko banjir
Salah satu perubahan kota Jakarta yang menonjol dari foto
yang ditampilkan NASA adalah adanya pulau reklamasi. Menurut salah satu
analisis data Landsat, pemerintah kota telah membangun setidaknya 1185 hektar
lahan buatan baru di sepanjang pantai.
"Sebagian besar lahan telah digunakan untuk pembangunan
perumahan kelas atas dan lapangan golf. Penggunaan lahan seperti itu datang
dengan risiko, karena berada di garis depan Jakarta yang tak terhindarkan
melawan kenaikan permukaan laut dan gelombang badai," kata Dhritiraj
Sengupta, seorang ilmuwan penginderaan jauh di East China Normal University.
Sengupta menjelaskan pulau-pulau buatan seringkali
menggunakan campuran pasir dan tanah yang mengendap dan menjadi padat seiring
waktu. Bahayanya, bahan tersebut bisa cepat surut.
Satelit dan sensor berbasis darat mencatat sebagian wilayah
Jakarta Utara mengalami penurunan puluhan milimeter per tahun. Di pulau-pulau
buatan baru, angka itu melonjak hingga 80 milimeter per tahun.
Beberapa pulau baru dibangun sebagai bagian dari rencana
induk Pengembangan Terpadu Pesisir Ibukota Negara (National Capital Integrated
Coastal Development (NCICD), sebuah upaya untuk melindungi kota Jakarta dari
banjir dan untuk mendorong pembangunan ekonomi.
Rencananya akan ada 17 pulau buatan baru di sekitar Teluk
Jakarta. Pengerjaan proyek dimulai pada tahun 2015, dan selama pembangunan ada
berbagai masalah lingkungan, ekonomi, dan teknis telah memperlambat konstruksi. (glc)