SANCAnews – Cepat atau lambat Indonesia akan menjadi jajahan
atau koloni Republik Rakyat China (RRC) karena tanda-tandanya sudah mulai
muncul di berbagai daerah di Indonesia.
Begitu kesimpulan yang disampaikan oleh wartawan senior,
Hersubeno Arief dalam video yang diunggah di akun YouTube Hersubeno Point pada
Jumat (23/7) bertajuk "Indonesia Sudah Jadi Koloni China? Ini
Buktinya".
Hersubeno mengaku termenung dan berpikir keras terhadap
kondisi bangsa dan negara Indonesia. Apakah masih punya kedaulatan? Atau
sesungguhnya secara pelan tapi pasti akan menjadi koloni China.
Menurut Hersubeno, tanda-tanda mengarah ke sana sudah sangat
kuat dan sulit untuk dibantah.
"Renungan saya itu dipicu oleh sebuah link berita yang
dikirim oleh seorang sahabat. Judulnya begini, “Bahasa China jadi kurikulum lokal
di Maluku Utara, Pengamat: sebentar lagi China bakal kuasai Indonesia”. Seperti
biasa kalau saya menerima info cukup sensasional ini, atau medianya saya tidak
kenal, saya coba kroscek betulkah informasi ini benar dan bukan hoax,"
ujar Hersubeno seperti dikutip Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (25/7).
Menurut Hersubeno, info berita ini cukup kredibel karena
memuat pernyataan pengamat dan pernyataan dari pejabat resmi.
Berita itu berkaitan dengan rencana pemerintah untuk
menjadikan bahasa China atau Mandarin sebagai kurikulum wajib di Halmahera
Selatan, Maluku Utara.
"Benarkah bahasa China atau Mandarin sudah masuk di
kurikulum sekolah di Halmahera Selatan? Ternyata informasi itu dibenarkan oleh
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Halmahera Selatan, Safiun
Radjulan," kata Hersubeno.
Hersubeno pun menyebut bahwa Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Halmahera Selatan mempunyai alasan memasukkan bahasa Mandarin sebagai kurikulum
wajib di sekolah-sekolah di Halmahera Selatan.
Alasannya, kata Hersubeno, adalah bahasa Mandarin sudah
menjadi syarat untuk bekerja di sektor pertambangan yang dikuasi oleh para
pengusaha China.
"Karena itu, nantinya kata Safiun Radjulan, bahasa
Mandarin akan diajarkan di sekolah-sekolah dari SD sampai SMP menggantikan
bahasa Inggris. Saya hanya bisa menarik napas panjang. Sudah begitu parah kah
bangsa ini hanya untuk menjadi buruh di pabrik-pabrik China, kita harus
menggadaikan kedaulatan kita," terang Hersubeno.
Padahal seharusnya, kata Hersu, para pengusaha atau pekerja
China di Indonesia yang belajar bahasa Indonesia, bukan sebaliknya rakyat
Indonesia yang harus belajar bahasa Mandarin.
Bukan terjadi kali ini saja, dia juga menemukan link berita
bahwa hal serupa juga pernah terjadi pada Juni 2021, yakni terjadi di Kutai
Timur, Kalimantan Timur.
"Saya jadi berpikir ini, bisa jadi ini semacam
akal-akalan agar semua peluang kerja mulai dari level paling tinggi bahkan
sampai paling bawah pekerja kasar itu akan dikuasi sepenuhnya oleh tenaga kerja
China. Dengan alasan tadi, tenaga-tenaga kerja Indonesia tidak bisa berbahasa
Mandarin," tutur Hersubeno.
Selain itu, masih kata Hersubeno, soal ancaman penjajahan
China melalui investasi dan jebakan utang juga bukan lah isapan jempol. Karena,
kasus di negara-negara lain sudah banyak yang menjadi korban.
"Nah bagaimana dengan Indonesia? Karena kita tau
sekarang ini banyak sekali proyek-proyek China di Indonesia, terutama
proyek-proyek infrastruktur, begitu juga dengan pembangunan pabrik dan
pertambangan, terutama tambang emas dan tambang nikel," tutur Hersubeno.
"Apakah yang dikhawatirkan oleh seorang seniman dari
Halmahera Selatan itu akan terwujud, bahwa lambat laun Indonesia akan menjadi
jajahan atau menjadi koloni China? Rasanya kalau kita melihat apa yang terjadi
di beberapa negara lain, cepat atau lambat itu akan terjadi di Indonesia kalau
kita tidak segera menyadarinya," sambung Hersubeno.
Bahkan, rakyat Indonesia belakangan ini juga disuguhi dengan
video-video kedatangan tenaga kerja dari China di tengah rakyat Indonesia harus
membatasi aktivitas.
"Tetapi kita sendiri bangsa Indonesia saat ini harus
menahan diri untuk melakukan aktivitas karena kita ingin mendukung program
pemerintah yakni menurunkan angka penularan Covid melalui PPKM Darurat,"
pungkasnya. (rmol)