SANCAnews – Ternyata Soekarno terlibat dalam
pengerahan rakyat Indonesia untuk mengikuti kerja paksa alias romusha di masa
penjajahan Jepang, yakni tahun 1942 hingga 1945.
Melansir Tirto, awal pendaratan Jepang pada 28 Februari 1942
di Banten, Rembang, dan Indramayu dengan mengalahkan militer Belanda.
Kedatangan Jepang awalnya dipersilakan dengan hangat oleh
penduduk Indonesia, karena mereka dianggap berhasil mengusir Belanda, penjajah
yang telah lama menjarah.
Belakangan, Jepang dengan embel-embel 'saudara tua Indonesia'
meminta bantuan penduduk Indonesia agar menjadi tenaga sukarela.
Untuk bantu Jepang dalam memenangkan perang Asia Timur Raya.
Antara Jepang melawan Amerika Serikat dan sekutu yang terjadi sejak tahun 1941
hingga 1945.
Menurut Suwano dalam buku Romusha Daerah Istimewa Yogyakarta
(1999), karena perang itu, Jepang butuh banyak sumber daya alam dan manusia
demi kepentingan ekonomi belaka.
Melansir tirto, tokoh nasionalis, termasuk Soekarno belum
menyadari akan tujuan pendudukan Jepang saat itu.
Sehingga Soekarno terjebak dalam tugas yang diberikan oleh
Jepang untuk merayu rakyat Indonesia agar mau ikut kerja paksa.
"Kita bangsa Indonesia dengan bangsa Nippon yang
sama-sama bangsa Asia musti bekerja sama, marilah kita bekerja
bersama-sama," ungkap Soekarno pada pidatonya, seperti dikutip Youtube 300
tahun pada Rabu, 16 Juni 2021.
Selain itu, Bung Karno, dalam kampanye untuk menarik rakyat
menjadi romusha, sempat mengunjungi Bayah, Banten Selatan, awal tahun 1944.
Melansir republika, itulah wilayah tempat romusha
dipekerjakan untuk membangun jaringan rel kereta api Saketi-Bayah, sepanjang
150-an KM.
Di Bayah, Bung Karno memberikan pidatonya untuk memompa
semangat rakyat agar mau bekerja sukarela.
"Ini hari kita mulai bekerja. Saya tahu bahwa pekerjaan
ini berat bagi saudara-saudara. Oleh karena, saudara-saudara tidak biasa
bekerja tangan. Tetapi, jikalau saudara ingat akan hebatnya pengorbanan yang
dikerjakan oleh prajurit-prajurit Dai Nippon dan Indonesia di medan
peperangan," ujarnya.
"Dan ingat pengorbanan romusha biasa, maka
saudara-saudara tidak akan memandang berat pekerjaan ini," tegas Bung
Karno, seperti dilansir dari Youtube 300 tahun.
Soekarno, dalam buku yang ditulis Cindy Adams (Penyambung
Lidah Rakyat Indonesia), mengaku bahwa dia yang mengirim rakyat Indonesia untuk
kerja paksa.
"Sesungguhnya akulah Soekarno yang mengirim mereka kerja
paksa. Ya, akulah orangnya. Aku menyuruh mereka berlayar menuju kematian,"
ungkap Bung Karno.
Tak hanya itu, Bung Karno juga mengakui bahwa dia yang
mengampanyekan agar rakyat ikut romusha.
"Aku membuat pernyataan untuk menyokong pengerahan
romusha. Aku bergambar dekat Bogor dengan topi di kepala dan cangkul di tangan
untuk menunjukkan betapa mudah dan enaknya menjadi seorang romusha,"
ujarnya.
Namun, demikian, belakangan Bung Karno menyesali kejadian itu
dengan mangatakan "Mengerikan. Ini membikin hati di dalam seperti
diremuk-remuk."
Melansir IDNtimes, setiap hari pekerja paksa harus melakukan
tugas yang berat tanpa istirahat dan makanan yang cukup. Tubuh mereka kurus dan
lemah, tetapi tetap harus bekerja dengan berat.
Sebagai informasi, para tentara Jepang mengawasinya setiap
waktu. Para romusha akan dicambuk, dipentung, dan ditembak, jika mereka melawan,
berusaha melarikan diri, atau beristirahat.
Belum ada catatan yang pasti berapa jumlah orang yang mati
akibat romusha. Namun, yang pasti terdapat 4 hingga 10 juta orang yang
mengikuti kerja paksa romusha.
Source: