SANCAnews – Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu
terancam dilengserkan dari jabatannya. Partainya, Likud memang menang Pemilu
2021, namun dia gagal membentuk koalisi pemerintahan.
Mayoritas parlemen Israel kini dikuasai kelompok Sayap Kanan
Yahudi, Knesset. Koalisi tersebut dipimpin oleh eks Menhan, Naftali Bennet.
Peran politikus Muslim Israel, Mansour Abbas tak bisa dilepaskan dari penguasaan parlemen itu. Abbas memutuskan membawa partainya yang berlandaskan Islam, United Arab List, untuk bergabung dengan Bennet yang berhaluan kanan. United Arab List adalah sebuah partai politik yang mewakili 21% minoritas Arab Israel
Abbas butuh waktu lama sebelum memutuskan bergabung dengan
Bennet. Bennet dikenal sebagai tokoh anti-Palestina dan Arab dan memimpin
pembangunan pemukiman Yahudi di Palestina.
Bennet bahkan berniat mencaplok seluruh wilayah Tepi Barat.
Abbas akhirnya bersedia bergabung dengan koalisi Bennet agar warga Arab Israel
tidak lagi mengalami diskriminasi di Israel. Dia juga ingin memperbaiki
kehidupan Muslim Arab.
"Kami memutuskan bergabung bersama pemerintah agar ada
keseimbangan kekuatan politik di negara ini," kata Abbas, dikutip dari
Reuters.
Dalam perjanjian, Bennet setuju memberi dana Rp233 triliun
kepada Abbas untuk membangun infrastruktur dan mengatasi kriminalitas di kota
berpenduduk etnis Arab.
Perjanjian juga meliputi penghentian pembangunan rumah tanpa
izin di daerah Arab dan mendukung kota yang mayoritas penduduknya beragama
Islam.
"Kami dapat mempengaruhi mereka untuk mencapai hal-hal
luar biasa bagi kehidupan masyarakat Arab," kata Abbas.
Namun, Netanyahu diperkirakan akan melakukan segala manuver
untuk melanggengkan kekuasaannya selama 12 tahun, termasuk membenturkan parpol
yang tidak senang berkoalisi dengan partai Islam. []